"Ini penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil yang paling signifikan sejak Saddam Hussein menggunakannya di Halabja (Irak) pada 1988," kata Sekjen PBB Ban Ki-moon mengenai laporan tim PBB tersebut.
"Komunitas internasional telah berjanji untuk mencegah horor tersebut terulang lagi, namun itu telah terjadi lagi," tutur pemimpin badan dunia itu seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (17/9/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam laporan tim inspeksi PBB, dipastikan bahwa gas sarin digunakan dalam serangan kimia di dekat Damaskus, yang menurut Amerika Serikat, telah menewaskan lebih dari 1.300 orang.
Tim PBB hanya menyelidiki apakah senjata kimia memang digunakan dalam serangan ke Ghouta, wilayah yang dikuasai pemberontak Suriah. Meski laporan itu tidak menyebut siapa yang melancarkan serangan gas beracun itu, namun pemerintah AS, Inggris dan Prancis menyatakan pasukan Suriah bertanggung jawab atas serangan kimia itu.
Menurut mereka, roket 122mm yang digunakan untuk melancarkan serangan kimia itu hanya dimiliki oleh pasukan pemerintah Suriah.
"Berdasarkan bukti yang diperoleh selama penyelidikan insiden Ghouta, kesimpulannya adalah bahwa senjata kimia telah digunakan dalam konflik yang berlangsung antara pihak-pihak di Republik Arab Suriah, juga terhadap warga sipil, termasuk anak-anak, dalam skala yang relatif besar," demikian bunyi laporan tim penyelidik PBB yang dipimpin oleh Ake Sellstrom asal Swedia.
"Secara khusus, sampel-sampel lingkungan, kimia dan media yang telah kami kumpulkan, memberikan bukti jelas dan meyakinkan bahwa roket-roket darat-ke-darat berisi gas saraf sarin digunakan," demikian disampaikan.
(ita/nrl)