Presiden SBY sudah memiliki pandangan mengenai konflik yang mengakibatkan ribuan warga Suriah tewas itu. Rencananya pandangan ini akan disampaikan SBY kepada Sekjen PBB Ban Ki Moon dalam pertemuan pagi ini, Jumat (6/9/2013) di sela-sela KTT G20.
"Nanti setelah saya bertemu Ban Ki Moon, mudah-mudahan akan ada joint conference, kalau tidak ya saya sendiri yang akan menyampaikan ke pers," kata Presiden SBY saat memberikan briefing kepada delegasi di Hotel Emerald, Kamis (5/9/2013) sore kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"11 NGO ini mengirimkan email kepada 30 kepala negara/pemerintahan termasuk saya. Pesannya supaya para pemimpin negara menggunakan G20 dan General Assembly untuk menciptakan satu konsensus tentang Syiria (Suriah), supaya pembunuhan terhadap penduduk Syiria, termasuk penggunaan senjata kimia dihentikan," kata SBY.
Presiden SBY sudah membaca surat itu dan telah mendiskusikannya dengan menteri-menteri. Sebuah proposal tentang konflik Suriah juga sudah disiapkan SBY.
"Besok (hari ini-Red) saya bertemu Ban Ki Moon. Saya akan menyerahkan proposal ini kepada Ban Ki Moon. Ini sebenarnya proposal saya tahun lalu, tapi masih sangat relevan," jelas SBY. Seusai bertemu Ban Ki Moon, Presiden SBY akan segera mengirimkan proposal tersebut kepada 11 NGO.
Proposal SBY ini dipastikan berbeda dengan sikap Presiden AS Barack Obama, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Suriah Bashar Al Asad. Bahkan, proposal ini tidak akan mempermalukan semua pihak, tapi intinya pembantaian penduduk Suriah termasuk penggunaan senjata kimia bisa dihentikan.
Penghentian konflik Suriah ini akan bergantung pada PBB, pihak mana yang akan diberi mandat olehnya. "Tak mungkin hanya diimbau-imbau dan melalui resolusi di atas kertas. Yang jelas, arahnya membuat perdamaian dan pembangunan demokrasi. Kalau nanti ada tindakan militer atas keputusan PBB, yang jelas bukan untuk menghancurkan Asad dalam politik, apalagi setahun lagi kekuasaannya akan berakhir," kata SBY.
Tidak Cukup Power
Presiden SBY menjelaskan Indonesia sebenarnya kurang memiliki kekuatan dalam penyelesaian konflik Suriah. Pertama, Indonesia bukan anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB, sehingga tidak memiliki hak veto. Kedua, secara geografis, Indonesia tidak berada di Timur Tengah.
"Faktor lainnya, secara ekonomi, politik, dan militer, Indonesia tidak mudah untuk mempengaruhi Syiria," kata SBY.
Kondisi-kondisi ini harus dipahami masyarakat Indonesia yang terus dengan semangat meminta pemerintah Indonesia bersikap. Namun, SBY mengambil semangat yang ditunjukkan masyarakat tersebut.
"Satu-satunya yang dimiliki Indonesia adalah moral power, sebagai negara yang memiliki penduduk beragama Islam terbesar di dunia, tidak bisa berdiam diri melihat hal ini," ujar SBY.
Di sela-sela KTT G20, selain akan bertemu Sekjen PBB, Presiden SBY akan bertemu secara bilateral dengan PM Jepang Shinzo Abe, Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, PM Turki Recep Tayyib Erdogan, dan Dirjen International Labour Organization (ILO) Guy Ryder.
(asy/nrl)