"Jasanya tidak setara dengan Soekarno-Hatta. Cukuplah Jl Medan Merdeka Barat dan Utara jadi Jl Soekarno, serta Jl Medan Merdeka Timur dan Selatan menjadi Jl Hatta," kata Asvi saat dihubungi detikcom, Minggu (1/8/2013).
Menurut Asvi, catatan sejarah telah menyatakan Soeharto mempunyai banyak kesalahan saat berkuasa. Maka, Presiden Indonesia yang berkuasa selama 32 tahun itu tak perlu dijadikan nama jalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Citra Soeharto dipersepsikan sebagian rakyat Indonesia sebagai tokoh yang berwibawa. Namun, masa pemerintahannya juga diidentikkan dengan aksi-aksi pelanggaran kemanusiaan seperti penculikan dan pembunuhan orang, Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN), serta pengekangan kebebasan informasi. Menurut Asvi, penamaan Jl Soeharto lantas menjadi kontroversial.
"Soeharto sendiri pernah diusulkan menjadi pahlawan nasional, tapi malah menjadi kontroversial. Kemudian ini akan menjadi nama jalan. Ini bukan pantas tak pantas, tapi kontroversial. Tidak efektif," tegasnya.
Asvi menyarankan agar Panitia 17, sebagai pengusul perubahan nama jalan, memilih jalan lain selain di Lintas Merdeka untuk diberi nama Jl Soeharto. Dirinya menyarankan Jl Cendana saja yang dipilih untuk diganti menjadi Jl Soeharto. Secara historis, Jl Cendana lebih identik dengan Soeharto karena menjadi tempat bermukim keluarga besar Soeharto.
"Nama Jl Soeharto cari di tempat lain silakan. Misal Jl Cendana," pungkasnya.
Sekretaris Panitia 17 Muhammad Yamin menuturkan, ide nama Jalan Soeharto muncul ketika mereka menyampaikan usulan ke Pemda DKI soal perubahan nama Jalan Medan Merdeka Utara menjadi Jalan Bung Karno, dan Jalan Medan Merdeka Selatan menjadi Jalan Bung Hatta. Kemudian pihak Pemda DKI menawarkan untuk sekalian saja merubah nama Jalan Medan Merdeka Barat dan Utara. Kemudian muncullah usulah nama Jl Soeharto.
----
(dnu/ahy)