Dalam editorial berjudul "Tak Ada Dalih untuk Serangan", harian milik pemerintah, China Daily menulis, AS dan sekutu-sekutu Barat-nya "bertindak seperti hakim, juri dan algojo".
"Setiap intervensi militer atas Suriah akan mendatangkan konsekuensi mengerikan bagi keamanan wilayah dan melanggar norma-norma yang mengatur hubungan internasional," demikian ditulis China Daily seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (30/8/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Media pemerintah China itu pun menyamakan krisis Suriah dengan perang di Irak dan meminta komunitas internasional untuk tidak tertipu oleh intelijen AS, yang dulu mengklaim bahwa rezim Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal.
Klaim tersebut kemudian terbukti keliru karena senjata pemusnah massal itu tak pernah ditemukan di Irak. Padahal isu tersebut dijadikan pembenaran oleh AS dan sekutu untuk melancarkan invasi ke Irak.
Spekulasi aksi militer ke Suriah berhembus kencang setelah oposisi Suriah menuding pemerintahan Assad melancarkan serangan kimia ke basis-basis pemberontak di pinggiran Damaskus. Menurut oposisi, lebih dari 1.300 orang tewas dalam serangan-serangan kimia yang terjadi 21 Agustus itu.
Pemerintah Suriah membantah keras tudingan tersebut. Rezim Assad bahkan menuding para pemberontaklah yang melakukan serangan kimia itu. Tujuannya, untuk mendorong aksi militer internasional terhadap rezim Suriah.
Perdana Menteri Suriah Wael al-Halqi mencetuskan, Barat mencoba mengubah Suriah menjadi Irak kedua. Menurutnya, isu penggunaan senjata kimia semata-mata sebagai dalih untuk melancarkan perang atas Suriah. Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Muallem bahkan menantang AS dan sekutu-sekutunya untuk menunjukkan bukti bahwa pemerintah Suriah telah menggunakan senjata kimia.
(ita/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini