Namun pemerintah AS membantah hal ini. Departemen Luar Negeri (Deplu) AS menegaskan, krisis Suriah tak bisa disamakan dengan Irak.
"Tak seorang pun butuh penilaian komunitas intelijen untuk mengetahui bahwa senjata kimia telah digunakan di sini (Suriah)," kata juru bicara Deplu AS Marie Harf seperti dilansir AFP, Jumat (30/8/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah AS dan sekutu menggunakan isu kepemilikan senjata pemusnah massal sebagai dalih untuk melancarkan invasi multinasional ke Irak. Namun seperti diketahui, senjata yang dimaksud tak pernah ditemukan di Irak selama perang yang berlangsung bertahun-tahun itu.
Sebelumnya, anggota Kongres AS, Eliot Engel menyampaikan alasan mengapa AS harus bertindak, meskipun hanya seorang diri.
"Sebagai AS, kita membela sesuatu. Kita membela demokrasi. Kita membela HAM. Di AS, kita punya prinsip-prinsip," tutur anggota Komite Urusan Luar Negeri DPR AS itu.
"Ini keputusan yang sulit. Kita tidak menganggapnya enteng. Saya pikir dunia harus menunjukkan reaksinya dan ini cara untuk melakukannya. Pilihan terburuk bagi kita adalah tak berbuat apapun," tandasnya.
Hal senada disampaikan seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS. Bahkan menurutnya, tanpa menunggu laporan hasil penyelidikan tim inspeksi PBB pun, AS yakin bahwa rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad telah melakukan serangan kimia.
(ita/nrl)