Ajudan Presiden Obama meyakini bahwa Suriah memang pantas menerima aksi militer karena adanya penggunaan senjata kimia, yang menurut AS mengancam keamanan nasional mereka. Secara terpisah, pejabat pemerintahan AS memberi sinyal bahwa Obama siap melakukan tindakan unilateral, jika memang diperlukan.
"Kita telah mengetahui keputusan voting parlemen Inggris, malam ini. Namun AS akan terus melanjutkan konsultasi dengan pemerintah Inggris -- salah satu sekutu dekat dan mitra kami," ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Caitlin Hayden, seperti dilansir AFP, Jumat (30/8/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia (Obama-red) meyakini bahwa ada kepentingan utama yang dipertaruhkan AS dan negara-negara yang melanggar norma internasional mengenai senjata kimia harus bertanggung jawab," tambah Hayden semakin memperjelas sinyal tersebut.
Sebagai sekutu dekat AS, Perdana Menteri Inggris David Cameron sebenarnya siap mendukung AS untuk melakukan aksi militer di Suriah. Namun dalam voting parlemen Inggris, sebanyak 272 suara dari 285 anggota parlemen menolak rencana aksi militer ke Suriah tersebut. Dengan demikian Inggris tak akan bergabung dengan militer Amerika dalam aksi di Suriah.
Sedangkan sekutu AS lainnya, termasuk Prancis sebenarnya juga menyerukan aksi militer ke Suriah. Namun nampaknya mereka tetap tidak bisa bergabung dengan AS karena tidak adanya kesepakatan dalam Dewan Keamanan PBB soal rencana AS tersebut. Dalam rapat Dewan Keamanan PBB, sangat jelas bahwa Rusia menentang keras rencana AS tersebut dan tidak ada cara lain untuk mengubah sikap Rusia tersebut.
AS sendiri telah mempersiapkan sejumlah armadanya untuk melancarkan aksi militer ke Suriah. Namun aksi ini disebut sebagai aksi 'terbatas', maksudnya AS tidak akan mencampuri konflik yang terjadi antara rezim Assad dengan kelompok pemberontak. Aksi militer ini dimaksudkan sebagai peringatan keras bagi Suriah agar tidak lagi menggunakan senjata kimia terhadap warganya.
(nvc/fdn)