Li Tianyi merupakan satu dari lima orang yang didakwa melakukan penyerangan dan pemerkosaan bergiliran terhadap seorang wanita di sebuah hotel di Beijing pada Februari lalu. Demikian seperti dilansir Reuters, Kamis (29/8/2013).
Dalam persidangan yang digelar secara tertutup, Li mengaku dirinya dalam kondisi mabuk saat kejadian. Putra jenderal itu mengaku sama sekali tidak mengetahui adanya penyerangan maupun pemerkosaan seperti yang dituduhkan padanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sosok Li sendiri menjadi target keluhan dari publik bahwa anak-anak pejabat tinggi pemerintah dan Partai Komunis China kerap kali kebal hukum karena pengaruh keluarganya. Mengawal persidangan ini, puluhan wartawan setempat dan pendukung Li maupun keluarga korban berkumpul di luar pengadilan.
Melakukan aksi protes, dua wanita berdiri di luar gedung pengadilan sambil membawa poster yang bertuliskan: 'Lindungi hak kaum ibu, perempuan dan gadis muda' dan 'Percaya pada keadilan'.
Tanggapan negatif baik kritikan maupun kecaman terhadap remaja ini juga banyak muncul di internet setempat. "Keluarga Li terus menantang kecerdasan orang biasa. Mereka menggunakan cara yang tercela dan licik untuk membebaskan Li," tutur salah satu pengguna internet melalui akun mikroblogging-nya.
"Jika hukuman berat tidak dijatuhkan, ini tidak akan memuaskan kemarahan rakyat," imbuhnya.
Kasus ini bukan yang pertama kali menjerat Li karena pada tahun 2011 lalu dia pernah memicu kontroversi publik. Saat itu, dia dan remaja lainnya, yang keduanya mengemudikan mobil mewah, menyerang pasangan yang menghalangi jalan mereka. Penyerangan itu dilakukan di depan anak pasangan tersebut yang masih kecil.
Setelah insiden itu menarik perhatian luas di media online, Li dikirim ke lembaga pemasyarakatan selama satu tahun dan jenderal tersebut meminta maaf atas perbuatan anaknya.
Kebencian publik telah mencuat di China terhadap anak-anak para pejabat yang berkuasa dan keluarga-keluarga kaya, yang dipandang hidup boros atau tak terjangkau hukum karena koneksi mereka.
(nvc/ita)