Hakim imigrasi AS di El Paso, Texas, bulan lalu mengabulkan permohonan suaka Christian Chaidez setelah dia melintasi perbatasan dan masuk ke wilayah AS. Kepada otoritas AS, pria berumur 32 tahun itu mengaku bahwa para anggota keluarganya yang berumur antara 24 tahun dan 66 tahun, telah dibunuh antara tahun 2009 dan 2012.
Menurut Carlos Spector, pengacara Chaidez, seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (10/7/2013), mereka dibunuh karena menolak membayar uang perlindungan yang diminta geng-geng setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun hakim memutuskan bahwa Chaidez bisa membuktikan kalau dirinya berada dalam ancaman penganiayaan. Karenanya, permohonan suakanya pun dikabulkan.
Menurut kelompok NGO, Mexicans in Exile, otoritas AS telah mengabulkan 120 dari 9.920 permohonan suaka warga Meksiko sejak tahun 2008.
Kota Ciudad Juarez yang berada di perbatasan Meksiko-AS, pernah dijuluki sebagai ibukota pembunuhan dunia. Sebabnya, lebih dari 10 ribu kasus pembunuhan terjadi di wilayah tersebut dalam kurun waktu enam tahun terakhir.
Di kota itu, kartel-kartel bersaing memperebutkan kendali atas tempat yang menjadi pusat perdagangan narkoba itu. Namun angka pembunuhan di wilayah tersebut telah menurun dalam tiga tahun terakhir.
(ita/nrl)