Pria itu berada di PLTN Fukushima pada 11 Maret 2011 ketika gelombang dahsyat tsunami menghantam sistem pendingin reaktor dan menimbulkan kebocoran nuklir. Yoshida pun terus memimpin upaya untuk mengendalikan krisis nuklir di PLTN tersebut.
"Dia meninggal akibat kanker esofagus pada pukul 11.32 hari ini di sebuah rumah sakit Tokyo," kata juru bicara operator PLTN Fukushima, Tokyo Electric Power (TEPCO) seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (9/7/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak TEPCO menyatakan, butuh waktu setidaknya lima tahun dan biasanya 10 tahun untuk mengalami kondisi seperti Yoshida jika memang paparan radiasi dianggap sebagai pemicu kanker.
Saat itu, Yoshida kemudian menjalani operasi untuk mengobati kankernya. Namun dia kemudian mengalami pendarahan otak dan kembali menjadi operasi lainnya pada Juli 2012.
(ita/nrl)