Menurut para analis, seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (6/7/2013), dengan tumbangnya Morsi berarti Hamas telah kehilangan sekutu berharganya.
"Apa yang terjadi di Mesir merupakan mimpi buruk bagi Hamas yang tidak mengharapkan itu terjadi," cetus Mukhaimer Abu Saada, profesor ilmu politik di universitas Al-Azhar di Gaza.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemimpin Hamas Khaled Meshaal dan Perdana Menteri Gaza Ismail Haniya telah melakukan serangkaian pertemuan dengan Morsi dalam satu tahun terakhir ini. Mereka telah menjalin "kerja sama resmi" antara kedua pemerintahan.
Saada pun yakin hubungan baik akan sulit terjalin antara Hamas dengan pemerintahan baru Mesir nantinya.
"Pemerintahan baru Mesir tak akan memiliki hubungan baik dengan Hamas, yang tak bisa lagi mengharapkan dukungan Mesir soal masalah Gaza," imbuh Saada.
Sebelumnya pada Rabu, 3 Juli larut malam waktu setempat, militer Mesir menyatakan berakhirnya kekuasaan Morsi. Jenderal Sisi pun mengumumkan ketua Mahkamah Konstitusi Adly Mansour sebagai presiden sementara.
Sisi juga menyerukan digelarnya kembali pemilihan presiden dan parlemen di Mesir. Pengumuman ini mendapat sambutan meriah rakyat Mesir di berbagai wilayah. Warga yang berkumpul di jalan-jalan bersorak-sorai dan menggelar pesta kembang api untuk merayakan kejatuhan Morsi.
(ita/ita)