Menurut kantor berita resmi Turki, Anatolia seperti dilansir AFP, Rabu (5/6/2013), polisi masih memburu belasan orang lainnya atas tweet-tweet mereka yang dianggap "menyesatkan dan merupakan fitnah."
Tidak disebutkan lebih detail mengenai tweet mereka tersebut. Namun menurut Ali Engin, pejabat setempat untuk partai oposisi utama Republican People's Party (CHP), para tersangka itu ditahan "karena menyerukan warga untuk berunjuk rasa".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para demonstran Turki yang kebanyakan merupakan kaum muda, sangat bergantung pada media sosial untuk menggalang aksi demo dan saling mengingatkan soal tempat-tempat di mana polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan demonstran.
Beberapa hari terakhir ini, para demonstran di Istanbul, Ankara dan kota-kota lainnya melakukan protes terhadap langkah Islamisasi yang dilakukan PM Erdogan. Sebagian demonstran khawatir Turki akan kembali menjadi negara Islam karena baru-baru ini pemerintahnya membatasi penjualan minuman beralkohol.
Para demonstran umumnya kaum muda-mudi dan berasal dari warga kelas menengah perkotaan. PM Erdogan menyebut para pengunjuk rasa tidak demokratis dan terinspirasi oleh partai-partai oposisi.
Dalam aksi demo besar-besaran ini, massa juga menyerukan pengunduran diri Erdogan. Menurut kelompok-kelompok HAM dan para dokter, lebih dari 1.000 orang telah terluka dalam berbagai bentrokan antara polisi dan demonstran. Sekitar 2 ribu demonstran juga telah ditangkap.
(ita/nrl)