Seperti dilansir oleh Reuters, Selasa (14/5/2013), Hussain al-Kwawahir tiba di Detroit, Sabtu (11/5) lalu dari Amsterdam, Belanda. Saat itu petugas melihat Hussain al-Kwawahir tengah membawa panci bertekanan tinggi yang mirip digunakan oleh pelaku bom di Boston.
Kepada petugas, Hussain mengaku ingin mengunjungi keponakannya yang kuliah di University of Toledo. Dan panci itu untuk sang keponakannya. Namun kesaksian itu sempat diubah oleh Hussain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, warga juga pernah melapor ke polisi dan FBI karena melihat mahasiswa di Amerika Serikat membawa panci bertekanan tinggi. Padahal Talal Al Rouki, mahasiswa asal Arab Saudi itu, baru selesai memasak hidangan nasi khas Saudi yang disebut Kabsa, dengan menggunakan panci presto tersebut. Dia pun membawa panci presto tersebut ke rumah seorang teman ketika sejumlah tetangganya melihat dan melapor ke polisi.
Panci presto sempat menjadi bahan pemberitaan media internasional pada April lalu setelah dua bom panci presto diledakkan saat event Boston Marathon di kota Boston, yang menewaskan 3 orang. Sekitar 260 orang lainnya luka-luka dalam serangan bom yang menyeret dua kakak-beradik asal Rusia, Tamerlan dan Dzhokhar Tsarnaev sebagai tersangka.
(mok/iqb)