Dikatakan Aquino, kedutaan de facto Filipina di Taiwan tengah melakukan pembicaraan dengan para pejabat Kementerian Luar Negeri Taiwan guna membahas masalah ini. Filipina menjanjikan pihaknya melakukan penyelidikan atas insiden yang terjadi pekan lalu itu.
"Saya pikir ini demi kepentingan kedua pihak untuk tetap bersikap tenang," kata Aquino kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (13/5/2013). "Kami terus bersikap seperti itu," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Aquino menolak berkomentar mengenai tuntutan Taiwan agar pemerintah Filipina meminta maaf atas penembakan tersebut dan memberikan ganti rugi kepada keluarga korban. "Jika kami berkomentar pada level kepresidenan, kami jamin isu ini akan meningkat," tutur Aquino.
Sebelumnya, sejumlah anggota parlemen Taiwan bahkan mendesak pemerintah untuk membekukan rekrutmen para pekerja Filipina sebagai protes atas insiden penembakan yang terjadi pada Kamis, 9 Mei tersebut. Otoritas Filipina telah mengakui penembakan itu namun menolak minta maaf atas insiden tersebut.
"Jika ada yang meninggal, mereka pantas mendapatkan simpati kami tapi bukan permohonan maaf," tegas juru bicara penjaga pantai Filipina, Armand Balilo.
Balilo menyatakan, insiden itu terjadi di perairan Filipina dan para personel penjaga pantai Filipina telah melaksanakan tugas mereka dengan benar, guna menghentikan aktivitas penangkapan ikan ilegal.
Namun pemerintah Taiwan bersikeras bahwa kesalahan ada di pihak Filipina. Disebutkan bahwa kapal nelayan tersebut tidak bergerak masuk ke wilayah perairan Filipina seperti yang dituduhkan Manila.
(ita/ita)