FBI dan Rusia Gagal Awasi Tamerlan Tsarnaev Sebelum Bom Boston

FBI dan Rusia Gagal Awasi Tamerlan Tsarnaev Sebelum Bom Boston

- detikNews
Selasa, 23 Apr 2013 14:27 WIB
Ilustrasi (AFP)
Washington - Seorang senator Amerika Serikat mengkritik kinerja FBI dan intelijen Rusia yang dianggap mengabaikan petunjuk terkait salah satu pelaku serangan bom Boston. Sejumlah kesalahan mendasar bahkan dilakukan FBI dan yang paling fatal adalah salah mengeja nama tersangka ketika melakukan pelacakan.

Senator dari Partai Republik, Lindsey Graham menyampaikan kritikan ini setelah mendapat keterangan dari Wakil Direktur FBI, bahwa otoritas Rusia telah memperingatkan FBI jauh sebelum ledakan Boston terjadi. Otoritas Rusia mencurigai seorang warga AS bernama Tamerlan Tsarnaev yang diketahui telah diradikalisasi dan berniat bergabung dengan kelompok bawah tanah di Rusia.

FBI pun mulai melakukan penyelidikan terhadap Tamerlan, termasuk menginterogasi kerabat dan teman-teman sekolahnya. Namun ketika FBI meminta tambahan data ke otoritas Rusia, tidak ada tanggapan dari Rusia. Penyelidikan terhadap Tamerlan pun berhenti di tengah jalan begitu saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menurut FBI, Rusia tidak pernah merespons," tutur Senator Graham kepada wartawan setempat dan dilansir AFP, Selasa (23/4/2013).

Graham juga mengungkapkan soal kegagalan FBI melacak Tamerlan yang ternyata terbang ke Rusia tanpa terdeteksi. Padahal jelas-jelas Tamerlan masuk dalam daftar pengawasan FBI.

"Saya diberitahu oleh FBI, alasan kenapa namanya (Tamerlan-red) tidak muncul dalam sistem, yakni karena pengejaannya salah," tuturnya.

Namun Graham menyatakan, tidak diketahui pasti apakah kesalahan terjadi saat Tamerlan menuliskan namanya pada sistem atau kesalahan pihak maskapai penerbangan Rusia dalam menuliskan nama penumpangnya. "Jelas sekali kita kecolongan di sini," tegasnya.

Beberapa anggota parlemen AS meyakini, kepergian Tamerlan ke Rusia tersebut yang kemudian memicu serangan bom Boston. Mereka juga mempertanyakan kenapa FBI tidak memperketat pengawasan terhadap Tamerlan usai kepergiannya selama enam bulan ke Dagestan, Rusia.

"Bagaimana bisa kita melewatkan seluruh aktivitasnya di internet dan Youtube, merujuk pada fakta bahwa dia sudah diidentifikasi?," ucap Graham.

"Jika dia (Tamerlan-red) memang ada dalam radar, kenapa mereka membiarkannya pergi, jika dia dalam radar Rusia, kenapa tidak ada 'penanda' padanya, semacam 'penanda' khusus?" tegas Ketua Komisi Keamanan Negara dalam Parlemen AS, Michael McCaul.

"Salah satu hal yang dia lakukan (sepulangnya dari Rusia) adalah mengunggah video YouTube yang berisikan banyak retorika Jihad. Jelas-jelas sesuatu telah terjadi, menurut penilain saya, dalam waktu 6 bulan itu -- dia diradikalisasi dalam jangka waktu itu. Pertanyaannya adalah di mana dan bagaimana itu terjadi," tandasnya.


(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads