"Mereka cuma ingin menjebak Tamerlan dan Dzhokhar yang kebetulan berada di tempat yang salah di waktu yang salah," kata Anzor dalam wawancara telepon dengan harian Komsomolskaya Pravda seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (22/4/2013).
Bahkan menurutnya, Tamerlan tengah mengantarkan adiknya, Dzhokhar ke sekolah ketika mereka ditembaki aparat polisi Boston. "Ini jebakan, bertujuan politis, sebuah pertunjukan Hollywood," cetusnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anzor pun membantah Tamerlan memiliki pandangan Islam radikal. "Tamerlan memang berubah religius setelah menikah. Dia pergi ke masjid tiap Jumat. Dia salat lima waktu sehari. Dia muslim yang taat dan tak mungkin melakukan apa yang dituduhkan padanya," cetus Anzor.
Sementara adik Tamerlan, Dzhokhar, disebut Anzor sebagai mahasiswa cerdas di Cambridge, Boston.
"Dia punya rencana-rencana besar: untuk menjadi dokter, membuka usaha, datang ke mari," kata Anzor. "Dia bilang: 'Ayah, jangan khawatir. Saya akan menyelesaikan studi dan pulang kembali, saya akan membantumu," ujar Anzor.
(ita/nrl)