Kepada The Journal News dan dilansir USA Today, Senin (22/4/2013), sang paman yang bernama Alvi Tsarnaev mengungkapkan hal ini. Alvi yang tinggal di Montgomery Village, Maryland, Amerika Serikat ini mengaku dirinya ditelepon sang keponakan, Tamerlan pada Kamis (18/4) malam waktu setempat.
Telepon dari keponakannya tersebut, menurut Alvi, merupakan yang pertama kali dalam 2 tahun. Alvi bercakap-cakap mengenai sejumlah hal dengan Tamerlan. Alvi menuturkan, telepon tersebut diterimanya sekitar pukul 19.00 waktu setempat, atau beberapa jam sebelum Tamerlan tewas usai baku tembak dengan aparat AS di kota Watertown, Boston. Dalam teleponnya, Tamerlan juga sempat meminta maaf kepada Alvi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak ngobrol dalam waktu yang cukup lama karena sejumlah masalah. Kami tidak akur satu sama lain," imbuhnya tanpa menjelaskan lebih lanjut masalah yang dimaksud.
Menurut Alvi, saat itu mereka mengobrol di telepon selama kurang lebih 5 menit. Tamerlan memulai dengan sapaan 'Assalamualaikum' dan kemudian menanyakan kondisi pamannya. Keduanya juga mengobrol soal keluarga. Tamerlan memiliki sejumlah saudara di AS, sedangkan ayah kandungnya tinggal di Rusia.
"Saya memberitahunya, saya terus salat dan berdoa kepada Allah, tidak minum alkohol, tidak merokok, dan dia memberitahu saya dia bahagia," terangnya.
"Saya tanya kepadanya apa yang dilakukan akhir-akhir ini. Dia bilang, 'Saya memperbaiki mobil, saya menikah dan mempunyai bayi," imbuh Alvi.
Belakangan, Alvi menyadari dari televisi bahwa keponakannya tersebut merupakan tersangka utama dalam pengeboman di Boston yang menewaskan 3 orang dan melukai lebih dari 170 orang. Bahkan Tamerlan tewas usai baku tembak dengan polisi yang mengejar mereka pada Kamis (18/4) malam waktu setempat.
"Membunuh orang yang tidak berdosa, saya tidak bisa memaafkan itu. Ini gila. Saya bahkan masih belum mempercayainya hingga sekarang. Bagaimana bisa saya memaafkannya?" tandas Alvi.
Selain Alvi, Tamerlan juga memiliki seorang paman lainnya di Maryland, yang bernama Ruslan Tsarni. Kepada media, Tsarni menyatakan, keponakannya diradikalisasi dan dicuci otak oleh seorang mualaf di Boston. Tsarni mengecam perbuatan keponakannya itu dan menyebut Tamerlan sebagai pengecut.
(nvc/ita)