Dua buah bom meledak di dekat garis finish saat pergelaran Boston Marathon pada Senin (15/4) sore waktu setempat. Saat itu, puluhan ribu pelari sedang menuju garis akhir. Betapa kagetnya mereka ketika disambut bola api besar dan asap yang membumbung tinggi ke angkasa.
Teriakan para penonton yang menyemangati para pelari pun berubah menjadi teriakan kepanikan. Orang-orang berlarian untuk menyelamatkan diri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keterangan yang tak jauh berbeda disampaikan oleh salah satu peserta lari maraton yang berhasil selamat. Beberapa saat sebelum ledakan terjadi, sekitar 17.584 pelari dari total 23.326 pelari yang mengikuti Boston Marathon, sudah melewati garis finish.
"Saya melihat orang-orang yang kehilangan kakinya akibat ledakan tersebut. Ada banyak darah di bagian kaki mereka. Kemudian ada orang-orang yang didorong dengan kursi roda," tutur Joe Anderson (33), seorang nelayan dari Pembroke, Massachusetts, yang berhasil melewati garis finish sembari membentangkan bendera AS.
Ambulans, mobil pemadam kebakaran serta puluhan mobil polisi langsung memenuhi lokasi. Orang-orang yang berhasil selamat dari ledakan hanya bisa menangis dan saling berpelukan.
"Suaranya seperti dentuman sonik. Saya bahkan tidak bisa berhenti gemetar," ucap Melissa Stanley, yang menyaksikan putrinya melintasi garis finish sekitar 4 menit sebelum ledakan.
Akibat ledakan ini, sejumlah aparat di wilayah AS, termasuk Washington dan New York memberlakukan kondisi siaga. "Ledakan kuat ini berdampak pada luka-luka serius," tutur Komisioner Kepolisian Boston, Ed Davis.
Hingga saat ini dilaporkan 3 orang tewas, termasuk seorang anak berusia 8 tahun, dan lebih dari 100 orang lainnya luka-luka akibat ledakan ini.
(nvc/ita)