Kekhawatiran warga Katolik di Palestina ini mengacu pada sosok pengganti Paus Benediktus XVI. Mereka khawatir akan terjadinya perubahan peran gereja Vatikan dan posisi Paus yang baru terhadap keberadaan mereka.
"Kami menginginkan perwakilan Vatikan yang sangat suportif terhadap kaum terpinggir, kaum tertindas dan dalam kasus ini, warga Palestina yang hidup di bawah pendudukan Israel yang brutal," ujar Direktur Pusat Resolusi Konflik Palestina Wi'am, Zoughbi Zoughbi seperti dilansir Sydney Morning Herald, Selasa (12/2/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak pihak yang terkejut dan masih sulit mempercayai pengumuman pengunduran diri Paus Benediktus XVI. Ada yang mampu menerima namun ada juga yang terang-terangan menyatakan kekecewaannya atas keputusan Paus tersebut.
Berbicara mengenai pengganti Paus Benediktus, mereka menyebutnya terlalu dini. Namun sebagian besar menyatakan, warga Katolik yang hidup di wilayah Timur Tengah membutuhkan Paus yang berkarakter kuat.
"Ini sebenarnya merupakan keputusan yang tidak disambut baik oleh warga Katolik di sini. Hal ini membuat gereja dalam posisi yang rentan dan bisa membuka tantangan baru bagi hirarki gereja," ucap Michel Nasser yang merupakan pendiri Pusat Kajian Perdamaian Bethlehem.
Pada Senin (11/2) kemarin, Paus Benediktus XVI mengumumkan bahwa dirinya akan mengundurkan diri pada 28 Februari mendatang. Alasan pengunduran diri pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma itu adalah karena dia merasa tak lagi punya kekuatan untuk memenuhi tugas-tugasnya, mengingat usianya yang sudah sangat lanjut. Paus Benediktus telah berumur 85 tahun.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini