Zhao Haibin yang merupakan polisi senior di wilayah Lufeng, Provinsi Guangdong ini dilaporkan oleh seorang pengusaha setempat. Menurut pengusaha tersebut, Zhao menimbun sejumlah properti di bawah namanya dan nama perusahaannya.
Pengusaha tersebut juga melaporkan bahwa Zhao melakukan penipuan dengan menggunakan sejumlah identitas palsu dalam aksinya tersebut. Pasca pelaporan ini, identitas palsu Zhao langsung diblokir oleh polisi setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian laporan lainnya menyebutkan, Zhao memiliki 192 rumah atau properti di sejumlah wilayah di China. Mulai dari Huizhou, Guangdong, maupun di Shenzhen dan Zhuhai. Namun tidak disebutkan lebih lanjut nilai seluruh properti yang dimiliki Zhao tersebut.
Adanya laporan-laporan tersebut semakin memicu kecurigaan publik soal bagaimana Zhao yang seorang polisi bisa memiliki sejumlah properti dan bahkan perusahaan yang tentunya bernilai miliaran yuan.
Menanggapi kasus ini, Komisi Disiplin Partai Komunis untuk wilayah Lufeng menyampaikan hasil investigasinya. Terlebih Zhao merupakan wakil sekretaris dari Partai Komunis cabang Lufeng. Menurut komisi disiplin tersebut, seluruh properti yang ditudingkan sebagai milik Zhao bukanlah miliknya. Melainkan milik adik laki-lakinya, yang berprofesi sebagai pengusaha. Dalam keterangan yang dikutip media setempat, Zhao mengakui dirinya hanya membantu 'mengelola' bisnis adiknya tersebut.
Tidak dijelaskan lebih lanjut bagaimana kelanjutan kasus yang menjerat Zhao ini, namun yang jelas kasus ini telah menuai kritikan publik. Kritikan bagi Zhao muncul di jejaring sosial khas China yang biasa disebut Weibo.
"Saya menyadari bahwa di China, properti memang hanya menjadi milik segelintir orang saja," ucap seorang pengguna Sina Weibo menyindir para pejabat seperti Zhao.
(nvc/ita)