Kementerian Dalam Negeri Israel menyatakan, pihak komite perencanaan di kementeriannya telah meminta pemangkasan unit rumah yang dibangun, yakni dari 1.600 unit rumah menjadi 1.500 unit rumah. Pembangunan tersebut akan dilakukan di wilayah Ramat Shlomo.
Proyek pembangunan pemukiman ini pertama kali diumumkan pada tahun 2010 lalu dan sempat memicu ketegangan diplomatik antara Israel dan sekutu dekatnya, Amerika Serikat (AS). Akibatnya, proyek tersebut kemudian terbengkalai sejak Agustus 2011.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dipangkas, dari rencana awal 1.600 unit menjadi 1.500 unit dan sekarang rencana proyek tersebut telah diserahkan dan disesuaikan demi mendapat persetujuan akhir," ujar juru bicara Kementerian Dalam Negeri Israel Efrat Orbach seperti dilansir Channel News Asia, Selasa (18/12/2012).
"Diperkirakan memakan waktu berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun," imbuhnya.
Wilayah Ramat Shlomo merupakan wilayah pemukiman Yahudi yang berada di sektor timur Yerusalem, yang diduduki Israel sejak tahun 1967 silam. Pengumuman pemerintah Israel soal proyek pemukiman baru ini diperkirakan hanya akan menuai lebih banyak kritikan dunia internasional.
Terlebih, sebelumnya Israel juga mengumumkan proyek pembangunan 3.000 rumah baru di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, tepat sehari setelah PBB mengakui peningkatan status Palestina. Apalagi lokasi proyek berada di wilayah kontroversial lainnya, yang disebut E1. Jika rencana pembangunan pemukiman di area E1 ini benar-benar terealisasi, maka pembentukan negara Palestina dengan wilayah yang utuh sangat sulit dilakukan.
(nvc/ita)