Dalam serangan yang dilancarkan Senin (19/11) waktu setempat, sebuah roket Israel menewaskan seorang militan senior di Gaza City, tepatnya di kompleks perumahan dan kantor media asing setempat. Dalam sehari, serangan-serangan udara Israel tersebut menewaskan total 32 warga Palestina.
Hal tersebut menjadikan hari Senin (19/11) sebagai hari paling kelam bagi Palestina semenjak agresi militer Israel dilancarkan. Militer Israel sendiri mencatat ada 42 roket yang menghantam wilayahnya dan sekitar 19 roket lainnya berhasil dihadang dengan sistem pertahanan Iron Dome, pada Senin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di saat yang bersamaan, Sekjen PBB Ban Ki-Moon mendorong gencatan senjata antar kedua pihak. Atas desakan tersebut, Hamas menyatakan pihaknya siap melakukannya, namun Hamas meminta Israel untuk mencabut blokade Jalur Gaza yang diberlakukan sejak 6 tahun terakhir.
Sementara itu, akibat ketakutan dan tertekan, banyak warga Gaza yang terpaksa mengungsi dari rumahnya. Sebagian besar warga memilih bersembunyi di wilayah selatan yang tidak begitu terkena dampak serangan Israel. Namun tetap saja tidak ada lokasi yang benar-benar aman bagi mereka.
"Putra saya, Mohammed tidak mau makan. Dia terus mengikuti saya kemana saja karena dia takut dan setiap 10 menit bertanya kepada saya kapan kita akan mati," tutur seorang warga setempat, Umm Jihad (37).
Sedangkan pemandangan tak kalah memprihatinkan terlihat di salah satu sudut Gaza City, dimana para pelayat menghadiri pemakaman satu keluar yang tewas akibat roket Israel. Jasad 9 anggota keluarga, termasuk diantaranya 5 jasad anak-anak, terbalut bendera Palestina dan diarak di jalanan sebagai bentuk berkabung.
(nvc/ndr)