Keputusan ini diambil setelah dua roket yang ditembakkan oleh militan Hamas yang menguasai Jalur Gaza, pada Jumat (16/11) waktu setempat, jatuh di dekat wilayah Yerusalem dan Tel Aviv yang merupakan wilayah paling padat di negeri Yahudi tersebut. Serangan roket ini semakin meningkatkan ketegangan antar kedua negara.
Selain itu juga memicu kekhawatiran Israel atas serangan lebih lanjut, meskipun dua roket militan Hamas tersebut tidak menelan korban jiwa. Untuk mengantisipasi, Israel pun menyatakan hendak meluncurkan serangan darat jika roket-roket terus ditembakkan ke wilayahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Warga Israel, seperti kebanyakan orang lainnya, menginginkan perdamaian dan ketenteraman, jadi mereka bisa hidup tenang," ujar Wakil Menteri Luar Negeri Israel Danny Ayalon kepada CNN dan dilansir Washington Post, Sabtu (17/11/2012).
"Namun jika dalam 24-36 jam ke depan, roket masih terus ditembakkan ke wilayah kami, saya pikir itu akan menjadi pemicu (untuk serangan darat)," imbuhnya.
Serangan darat Israel ini dimaksudkan untuk menghadang kemampuan militer Hamas yang cukup mumpuni di Jalur Gaza. Hal ini ditunjukkan dengan penempatan 75 ribu militer Israel di dekat wilayah Gaza. Namun di sisi lain, rencana ini juga cukup berisiko karena sangat berpotensi untuk berlarut-larut dan membabi-buta.
Sedangkan beberapa hari terakhir, militer Israel terus melancarkan serangan udara dengan menembakkan roket-roket yang diklaimnya sebagai upaya pertahanan diri. Nahas, serangan-serangan ini telah menewaskan sedikitnya 30 orang, yang sebagian besar warga sipil Palestina.
(nvc/gah)