Kisah Marina yang kini berusia sekitar 50-an tahun ini dituangkan dalam sebuah buku berjudul "The Girl With No Name". Dalam buku tersebut, dituliskan kisah kehidupan Marina bak Tarzan, mulai dari belajar memanjat pohon, hingga menangkap burung dan kelinci dengan tangan kosong.
Selama 5 tahun hidup di tengah hutan belantara, Marina mengikuti dan meniru kebiasaan kera jenis capuchin yang merawatnya. Mulai dari cara makan, minum, kegiatan hingga bahasa mereka. Kera jenis capuchin merupakan kera berukuran kecil yang memiliki bulu tebal di bagian kepalanya. Marina kembali ke peradaban manusia ketika dirinya ditemukan oleh sekelompok pemburu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buku ini akan diterbitkan di 7 negara, salah satunya Inggris. Bahkan dilaporkan, kisah Marina juga akan dibuat tayangan dokumenter.
Dalam buku tersebut juga diceritakan sedikit kisah hidup Marina setelah kembali ke peradabannya. Mulai dari dia dijual ke sebuah prostitusi di Kolombia, kemudian berhasil melarikan diri dan menjadi pencopet di kota Cucuta, Kolombia. Lalu pada usia 30-an tahun, dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada salah satu keluarga di Kolombia dan diajak pergi ke Bradford, Inggris. Di sana, dia kemudian belajar menjadi seorang koki, lalu bekerja di Museum Media Nasional hingga akhirnya menikah dengan seorang pria setempat yang merupakan ahli bakteri pada tahun 1970-an.
Marina yang telah memiliki 2 putri dan kini diketahui tinggal di kawasan Allerton, Inggris ini, enggan menceritakan kisah masa lalunya secara langsung kepada wartawan ketika ditemui di rumahnya, beberapa waktu lalu. Menurutnya, kontrak dengan pihak penerbit melarangnya untuk menceritakan kisah masa lalunya kepada pihak lain.
Niat membukukan kisah hidupnya ini muncul setelah Marina dan putrinya, Vanessa (28) pergi ke Kolombia untuk mencari jejak orangtua kandung Marina, namun gagal. Marina pun menyatakan niatnya untuk membukukan kisah hidupnya sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap kasus penculikan anak dan perdagangan manusia. Hasil penjualan buku ini akan didonasikan bagi sejumlah organisasi maupun kampanye anti perdagangan manusia dan perbudakan anak di Kolombia.
Di sisi lain, isi buku soal kisah hidup Marina ini juga mengundang keheranan sejumlah pihak, termasuk ahli binatang. Ukuran kera capuchin dewasa yang hanya berukuran sebesar anak manusia umur 3 tahun dan memiliki berat badan sekitar 6-7 kg, mengundang tanya bagaimana cara kera tersebut merawat dan membesarkan Marina yang ukurannya jauh lebih besar.
"Mereka hidup berkoloni sekitar 30-40 ekor dan menjelajahi hutan sekitar 12-18 km per harinya, jadi bagaimana seorang manusia mampu mengikuti mereka dan menjadi bagian dari koloni mereka, saya tidak tahu. Saya hanya membayangkan seorang anak kecil mempelajari kemampuan tertentu dari kawanan capuchin, terutama mereka yang biasa hidup di wilayah yang dihuni manusia, tapi sungguh sulit dibayangkan bagaimana seorang anak manusia menjadi bagian keluarga capuchin," terang seorang ahli binatang yang tidak disebutkan namanya.
(nvc/ita)