Kematian pria bernama Omran Shaaban tersebut dilaporkan terjadi Selasa (25/9) di sebuah rumah sakit di Prancis. Bersama 3 orang lainnya, Shaaban yang masih berusia 22 tahun ini, diculik oleh loyalis Khadafi di kota Bani Walid pada Juli lalu.
Saat itu, mereka tengah dalam perjalanan pulang ke rumah mereka di wilayah Misrata usai liburan bersama. Saat melintasi wilayah el-Shimekh, Bani Walid, mereka tiba-tiba diserang oleh sekelompok pria bersenjata. Shaaban dan rekan-rekanya yang memang selalu membawa senjata, langsung membalas serangan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga akhirnya Presiden Libya Mohammed el-Megarif datang mengunjungi wilayah Bani Walid bulan ini dan memastikan pembebasan Shaaban dan kedua rekannya. Sedangkan seorang lainnya masih dalam penahanan kelompok bersenjata tersebut.
Ketika dibawa pulang ke rumah, Shaaban terlihat sangat kurus dan dalam kondisi lumpuh, lemah dan hilang kesadaran. Saudara laki-laki Shaaban, Abdullah Shaaban menuturkan, adiknya tersebut hanya terlihat 'kulit dan tulang' saja.
"Nampaknya dia dipukuli dan dianiaya dengan parah. Bagian dadanya disayat-sayat dengan silet. Wajahnya berubah. Ini bukan adik saya yang saya kenal selama ini," tutur Abdullah seperti dilansir news.com.au, Rabu (26/9/2012).
Untuk menjalani perawatan lebih intensif, Shaaban pun diterbangkan ke Prancis. Namun sayang, kondisinya semakin memburuk dan ia pun dinyatakan meninggal dunia pada Selasa waktu Prancis.
Atas kematian Shaaban ini, Presiden Megarif berjanji untuk menindak tegas dan mengadili orang-orang yang terlibat dalam kematian Shaaban. Tidak hanya itu, pemerintah Libya menjanjikan akan menggelar upacara pemakaman sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi Shaaban.
Saat tiba di kampung halamannya, Misrata, jasad Shaaban disambut oleh sekitar 10 ribu warga dan disemayamkan di sebuah stadion sepakbola. Foto-foto yang berada di sejumlah akun sosial media menunjukkan jasad Shaaban yang ditempatkan dalam sebuah peti mati kayu dengan kaca di salah satu ujungnya untuk memperlihatkan wajah Shaaban.
Kongres Nasional Libya menyebut Shaaban 'mati martir'. Meskipun pihak keluarga menuturkan, selama ini Shaaban tidak pernah menerima imbalan 1 juta dinar Libya (Rp 7,6 miliar) yang dijanjikan bagi orang yang berhasil menangkap Khadafi. Mendiang diktator Libya ini ditangkap pada 20 Oktober 2011 lalu di kota Sirte.
Shaaban merupakan anak kedua dari 9 bersaudara. Saat menangkap Khadafi, Shaaban merupakan anggota Libya Shield, koalisi milisi terbesar di Libya yang didukung oleh Kementerian Pertahanan Libya saat itu.
Atas kematian Shaaban, ratusan demonstran berkumpul di Tripoli, tepatnya di luar kantor Kongres Nasional Libya, untuk menuntut pemerintah membalas kematian Shaaban. Sementara itu, keluarga Shaaban sendiri menginginkan agar keadilan ditegakkan bagi Shaaban.
(nvc/ita)