Situs majalah mingguan tersebut kini tak bisa diakses setelah dibombardir dengan berbagai komentar atas pemuatan kartun tersebut.
Dalil Boubakeur, ulama senior di masjid Paris, Prancis menyerukan seluruh umat muslim Prancis untuk tetap tenang. "Keheranan, kesedihan dan keprihatinan saya rasakan setelah mengetahui publikasi ini berisiko meningkatkan kemarahan di seluruh dunia muslim," kata Prancis tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan perwakilan utama komunitas muslim Prancis, Dewan Muslim Prancis juga mengimbau masyarakat muslim untuk tetap tenang dalam menghadapi "aksi baru Islamaphobia ini".
Perdana Menteri (PM) Prancis Jean-Marc Ayrault mengatakan, siapapun yang merasa tersinggung dengan kartun tersebut bisa membawa kasus ini ke pengadilan. Namun Ayrault menekankan adanya kebebasan berekspresi di Prancis.
"Kita ada di negara yang kebebasan berekspresi dijamin, termasuk kebebasan karikatur," kata Ayrault di radio RTL.
"Jika orang-orang merasa dihina keyakinan mereka dan menganggap ada pelanggaran hukum -- dan kita ada di negara di mana hukum benar-benar dihormati -- mereka bisa pergi ke pengadilan," tandas PM Prancis itu.
Majalah Charlie Hebdo sudah tak asing lagi dengan kontroversi. Pada tahun 2011 lalu, kantor majalah mingguan itu dibom karena mempublikasikan edisi tentang pergolakan politik di sejumlah negara Arab dengan memajang gambar Nabi Muhammad di sampul.
Sebelumnya pada tahun 2005, kartun Nabi Muhammad juga pernah dipasang di sebuah media cetak di Denmark dan dipublikasikan ke seluruh Eropa. Akibatnya, protes besar merebak di Timur Tengah dan Afrika hingga mengakibatkan gereja dan kedutaan besar asing diserang.
(ita/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini