Serang Pramugari di Pesawat, Perwira Militer China Dinonaktifkan

Serang Pramugari di Pesawat, Perwira Militer China Dinonaktifkan

- detikNews
Selasa, 04 Sep 2012 15:16 WIB
Ilustrasi
Beijing, - Otoritas China menonaktifkan seorang perwira militernya terkait insiden penyerangan di dalam pesawat. Sang perwira militer dituding menyerang seorang pramugari dalam pesawat. Saat itu dia diduga dalam keadaan mabuk.

Fang Daguo dinonaktifkan dari satuannya pada angkatan bersenjata China yang bermarkas di Guangzhou pasca insiden ini. Penyerangan terjadi setelah perdebatan terjadi antara Fang dan si pramugari terkait barang bawaan Fang. Demikian seperti dilansir AFP, Selasa (4/9/2012).

Kasus ini menjadi pemberitaan media setempat ketika si pramugari yang bernama Zhou Yumeng memposting foto dirinya dalam kondisi luka lebam pada akun miliknya di media sosial setempat Sina Weibo, sejenis Twitter. Dalam foto-fotonya tersebut, Zhou menunjukkan sejumlah luka-luka yang dideritanya pasca penyerangan Fang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Media setempat, Xinhua, memberitakan bahwa Fang dan istrinya sempat menenggak alkohol sebelum masuk pesawat. Saat itu, Fang menumpang pesawat rute Hefei-Guangzhou. Xinhua bahkan menulis, Fang mencengkeram lengan Zhou dengan sangat keras hingga menimbulkan luka memar.

Pihak militer distrik Yuexiu, Guangzhou, satuan tempat Fang bergabung, menuturkan bahwa investigasi internal telah dilakukan dan hasilnya menunjukkan Fang tidak bersalah. Namun pasca pemberitaan yang muncul, terutama di Xinhua, mereka nampaknya akan mengubah keputusannya.

"Apakah Anda sudah benar-benar melakukan investigasi menyeluruh dan obyektif? Apakah yang Anda temukan hasilnya sama seperti yang dilaporkan?" tulis Xinhua dalam artikelnya.

Dilaporkan pasca insiden ini mencuat ke media, Fang dan istrinya sempat meminta maaf kepada Zhou. Insiden ini bahkan memicu sejumlah pendapat yang menyerukan untuk menggunakan kekuatan dan pengaruh internet guna mengawasi perilaku buruk pejabat di China.

"Dalam era media modern, pengawas publik ada di mana-mana. Konflik antara pejabat dengan masyarakat selalu menjadi persoalan yang menarik. Pendapat publik seringkali bisa menjadi preseden yang mampu menahan kekuasaan pemerintah," tulis media setempat, People's Daily, dalam editorialnya yang terkesan menyindir pemerintah komunis China.

China dikenal sebagai salah satu negara pengguna internet terbesar, yang mencapai lebih dari setengah miliar pengguna internet. Hal ini tentu saja menimbulkan tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk mengontrol arus informasi melalui internet yang bisa diakses masyarakat kapan saja.

(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads