Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Ali Akbar Salehi mengatakan negaranya mencoba menghidupkan kembali rencana-rencana mantan Sekjen PBB Kofi Annan, yang pekan lalu mundur sebagai utusan PBB-Liga Arab untuk Suriah.
"Saya dengan ini mengumumkan kesiapan Iran menggelar pertemuan negara-negara yang berkomitmen untuk segera melaksanakan langkah-langkah ini dengan harapan mengakhiri kekerasan," ujar Salehi dalam tulisan yang dimuat Washington Post menjelang pertemuan tersebut seperti dilansir AFP, Kamis (9/8/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konferensi tersebut rencananya akan dimulai pada Kamis malam waktu setempat atau sekitar pukul 19.00 waktu setempat. Para Menlu asing akan mengikuti pertemuan tersebut. Ditegaskan Salehi, hanya negara-negara dengan posisi realistis mengenai Suriah yang diundang ke konferensi tersebut. Dengan kata lain, negara-negara yang memiliki pandangan yang sama dengan Iran soal krisis Suriah.
"Cara-cara militer saja tak akan menghentikan krisis ini, dan agenda politik yang tidak tegas dan komprehensif juga akan gagal," tulis Salehi di Washington Post. "Iran mengupayakan solusi yang sesuai dengan kepentingan semua orang," tulisnya.
"Adalah ilusi jika berpikir bahwa transisi kekuasaan secara tertib bisa terjadi jika Presiden Bashar al-Assad tiba-tiba tumbang," cetus Salehi dalam tulisan tersebut.
Namun sejumlah Menlu yang diundang ke pertemuan tersebut telah menyampaikan penyesalan mereka karena tak bisa hadir. Kuwait misalnya, telah menyampaikan kepada Iran bahwa pihaknya tidak bisa hadir. Seorang pejabat diplomatik Libanon juga mencetuskan, negaranya tak akan hadir karena adanya kebijakan untuk "menahan diri" dalam konflik Suriah.
Menlu Rusia Sergei Lavrov juga tidak akan bisa menghadiri konferensi tersebut. Namun Dubes Rusia untuk Iran akan datang untuk mewakili Lavrov.
(ita/vit)