Insiden ini berawal beberapa bulan lalu, ketika gadis berusia 19 tahun ini meminum 8 dari 10 gelas arak Bali yang disajikan di dua bar di wilayah Bali. Arak Bali merupakan minuman khas Bali yang dibuat dari fermentasi sari kelapa dan buah-buahan dan mengandung alkohol.
Dari Bali, gadis ini kemudian bertolak ke Selandia Baru bersama rekan-rekannya. Namun sesampainya di negeri Kiwi tersebut, gadis yang tidak disebutkan namanya ini mulai mengalami sesak napas dan merasakan penglihatannya berkurang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus ini sebenarnya bukan yang pertama terjadi. Tahun lalu, seorang wanita Australia mengalami kerusakan otak dan gagal ginjal usai mengkonsumsi arak Bali yang dicampur dengan methanol. Tanpa mengetahui apa-apa, wanita bernama Jamie Johnston ini meminum arak Bali yang dicampur methanol pada malam terakhir saat berlibur di Bali.
Diketahui bahwa methanol merupakan zat kimia yang biasa terdapat dalam bahan bakar, cairan pelarut dan produk-produk pelumas lainnya. Jika zat ini dikonsumsi manusia, maka bisa menyebabkan kebutaan, koma hingga kematian.
Dalam jurnal kesehatan Emergency Medicine Australasia yang disusun oleh sejumlah dokter dari Rumah Sakit Christchurch, Dr Paul Gee dan Dr Elizabeth Martin, disebutkan bahwa pada tahun 2009 terdapat 25 turis asing yang meninggal dunia akibat meminum arak Bali yang terkontaminasi methanol.
Menurut mereka, dalam kasus gadis muda asal AS ini nampaknya dia meminum arak Bali yang disuling secara ilegal dengan methanol. Para dokter tersebut menjelaskan, gejala keracunan methanol memang baru dirasakan beberapa jam setelah mengkonsumsinya, bahkan bisa hingga 50 jam, karena tubuh kita butuh waktu untuk mencernanya.
"Kebanyakan pasien mengeluh gelisah, sakit kepala, mual, muntah dan merasa lemah tubuhnya. Gejala yang bisa dilihat secara kasat mata seperti pandangan mata mulai kabur, muncul bintik-bintik dan kehilangan penglihatan sebelah maupun keseluruhan," jelas dokter-dokter tersebut dalam jurnalnya.
Sang dokter menambahkan, arak Bali memang diproduksi secara massal di Bali namun diedarkan secara ilegal. "Kasus ini menyoroti risiko minuman beralkohol yang belum disertifikasi di Asia Tenggara," imbuhnya.
(nvc/ita)