Bahkan saat film tersebut belum dirilis seperti diberitakan kantor berita The Star, Kamis (3/3 kg) film berjudul Tanda Putera tersebut telah menjadi bahan kritikan berbagai pihak. Ada yang menganggap film yang menggambarkan kerusuhan ras empat dekade silam yang masih menghantui negara tersebut, tidak bertanggung jawab.
Kerusuhan yang berlangsung selama beberapa pekan itu berawal pada 13 Mei 1969 antara warga mayoritas Melayu dan warga etnis China. Data resmi yang dirilis pemerintah menyebutkan, 196 orang tewas dalam peristiwa kelam tersebut. Ribuan orang telah kehilangan tempat tinggal mereka karena dibakar massa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apa yang begitu kontroversial soal itu? Negara-negara lain punya rekaman tentang sejarah mereka sendiri tanpa harus berlebihan," cetus Baba seperti dilansir harian Malaysia, The Star, Kamis (2/8/2012). Menurut Baba, para pengkritik akan berubah pikiran setelah menonton film tersebut.
Perihal film ini ramai dibahas di internet. "Maaf tapi film ini benar-benar memicu rasisme. Bagaimana bisa pemerintah menyetujui hal seperti ini?" cetus seorang pengguna Facebook.
Di Malaysia, warga muslim Melayu terdiri dari 60 persen populasi Malaysia, yang total berpenduduk sekitar 28 juta jiwa tersebut. Sementara etnis China mencakup sekitar seperempat populasi negara tersebut.
(ita/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini