Menurut pemberitaan Press TV, Rabu (16/5/2012), pemerintah AS dan Arab Saudi merancang rencana baru untuk menundukkan rezim Presiden Assad di Suriah. Rencana baru ini dirancang setelah upaya pemecahbelahan militer Suriah dengan Presiden Assad tidak berhasil.
AS dan Arab Saudi menilai Assad masih dalam kendali penuh atas militer Suriah. Selain itu, militer Suriah juga dinilai mampu mengendalikan kondisi seluruh wilayah Suriah dengan baik, meskipun dipengaruhi oleh kelompok oposisi. Kemudian, kondisi ekonomi Suriah yang sempat menurun saat unjuk rasa, kini berangsur-angsur membaik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laporan tersebut mengungkapkan, pihak AS telah menyusun sejumlah komite untuk membantu mewujudkan rencana baru atas Suriah tersebut. Komite yang disusun, yakni komite politik, komite militer dan komite keamanan. Setiap komite beranggotakan pejabat-pejabat tinggi AS.
Komite politik beranggotakan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton sebagai pengawas dan sejumlah mantan Duta Besar AS untuk Suriah, seperti Robert Ford, Fredrick Holf dan Jeffrey Feltman sebagai anggota dan koordinator. Mengenai Feltman, dia dinilai cukup berpengaruh karena menguasai kantor koordinasi keamanan di Suriah yang bermarkas di Doha, Qatar. Kantor tersebut diisi oleh sejumlah agen intelijen dari beberapa negara seperti AS, Arab Saudi, Qatar, Turki, Libya, dan NATO.
Komiter militer beranggotakan Komandan Pasukan Gabungan AS Jenderal Martin Dempsey sebagai kepala dan pejabat militer AS lainnya, seperti Mayor Jenderal Charles Cleveland dan Jenderal Frank Gibb, sebagai anggota. Komite ini bertanggung jawab dalam pemberian bantuan logistik dan bantuan intelijen bagi kelompok oposisi Suriah.
Adapun komite keamanan beranggotakan perwakilan dari 7-10 agensi intelijen AS dan juga para pemimpinnya, seperti Penasihat Keamanan Nasional AS Tom Donilon, Ditrektur Intelijen Nasional James Clapper serta Direktur CIA Jenderal David Petraeus. Komite ini bertugas melaporkan situasi keamanan di Suriah secara berkala kepada pimpinan di AS dan merumuskan kebijakan strategi keamanan AS di Suriah.
Pada intinya, rencana AS ini dimaksudkan untuk memaksa Suriah mengikuti kebijakan AS dan mencegah pengaruh kuat Rusia di Suriah, serta menghancurkan aliansi Suriah dengan Iran. Pihak AS berniat membuat Suriah memihak kepada AS dibanding bersekutu dengan Iran atau Rusia.
Masih menurut Press TV, pihak intelijen Arab Saudi dilaporkan telah mencapai kesepakatan dengan pihak AS dan Israel, untuk meningkatkan konflik bersenjata di Suriah. Upaya ini akan diwujudkan dengan memberi bantuan senjata bagi kelompok oposisi, meningkatkan serangan bom dan operasi militer sipil di Suriah untuk mendesak rezim Assad.
(nvc/ita)