Ismail Wang Youde, Pahlawan dari Gurun Pasir Tiongkok

Laporan dari China

Ismail Wang Youde, Pahlawan dari Gurun Pasir Tiongkok

- detikNews
Kamis, 22 Mar 2012 04:17 WIB
Yinchuan - Tak ada yang menyangkal kemashyuran Tiongkok. Negara terluas ketiga di dunia setelah Rusia dan Kanada ini sekarang sedang dalam perang serius: melawan ekspansi gurun pasir.

Sebagaimana dilansir AFP, para ahli memprediksi setiap tahun gurun pasir di China meluas ribuan meter persegi. Gurun pasir telah menutup lebih dari seperempat dari wilayah Tiongkok yang memiliki luas 9,6 juta km2 (luas Indonesia 1,9 juta km2). Pasir di gurun bisa terbawa angin, menghinggapi desa-desa, bahkan menimbun rumah-rumah.

Wang Youde, kini 58 tahun, adalah salah satu korban gurun pasir itu. Semasa kecil, rumahnya terkubur pasir akibat meluasnya gurun. Cerita sedih ini membuatnya berjuang menaklukkan gurun pasir ketika dewasa. Akibat usahanya yang tak kenal lelah itu, dia mendapat anugerah 'pahlawan pencegahan gunung pasir' dari pemerintah komunis China.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wang Youde adalah seorang pria dari etnis Hui, salah satu dari 56 etnis di China. Etnis minoritas ini secara tradisional beragama Islam. Wang begitu lahir mendapat nama Islam, yaitu Ismail. Wang memiliki postur tinggi besar dan hidung lebih besar daripada penduduk rata-rata China. Karena itulah dia dipanggil 'si hidung besar'.

Wang menetap di Baijitan, yang masuk dalam Daerah Otonomi Ningxia Hui. Ningxia Hui dihuni oleh etnis minoritas Hui dan etnis-etnis lainnya, yang dikelola berdasarkan adat kebiasaan bangsa Hui. Restoran Muslim dan perempuan berjilbab mudah ditemui di sini. Daerah ini beribukota di Yinchuan, yang bisa dicapai 2 jam dengan pesawat terbang dari Beijing.

detikcom bersama wartawan Kompas, The Jakarta Post, LKBN Antara dan TVRI, berkesempatan bertemu Wang akhir pekan lalu, atas fasilitas Kemlu China. Untuk menemuinya, butuh waktu 2 jam naik bus dari Yinchuan. Setelah perjalanan panjang, bus memasuki jalan yang tidak terlalu luas, lurus, berbatu, dan debu beterbangan, mirip untuk ajang offroad. Sepanjang mata memandang terlihat gurun pasir menumpuk-numpuk, tampak mulus dan berkilau keemasan. Terlihat indah, tapi kejam!

Wang menyambut rombongan di 'ladang' gurun pasirnya yang sedang 'ditanami' oleh petani-petani penggarap. Ditanami? Ya, pencegahan ekspansi gurun pasir ala Wang adalah degan menamami gurun dengan jerami sisa panen padi. Jerami itu ditekuk sedemikian rupa, dibenamkan beberapa centimeter ke dalam pasir gurun, dibentuk kotak-kotak dengan luas seragam. "Nantinya ini akan tumbuh rumput," kata Wang yang wajahnya terbakar karena sinar matahari gurun.

Kotak-kotak jerami itu berfungsi menahan pasir terbang menjauh. Bila tumbuh rumput, maka semakin kuat upaya menahan 'penerbangan' pasir. Untuk hidup, jerami itu hanya mengandalkan air hujan.

Wang menceritakan, pasir yang berada di gurun Maowusu yang dikelolanya itu -- bersebelahan dengan gurun Gobi yang terkenal -- sangat bersih dan ringan. "Di bawah gurun ini ada air yang manis kalau diminum," ceritanya.

"Cara kami mencegah pasir terbang adalah dengan membuat kotak-kotak dari jerami untuk menghalangi pasir meluas," imbuhnya.

Wang mengungkapkan di sekitar gurun pasir tersebut terdapat pemukiman penduduk. "Sebelum ada program pencegahan perluasan gurun pasir, pemukiman itu terancam pasir setiap tahun. Setiap tahun ada rumah dan tanaman yang rusak karena tertutup pasir yang terbang," ungkapnya.

Program pencegahan itu sudah berlangsung sejak 50 tahun silam atas bimbingan pemerintah. Kala itu, pasir telah mengancam kehidupan di kota dan sungai.

Sekarang, setiap tahun ada ratusan orang yang bekerja di gurun pasir itu. "Mereka sudah membuat rumput seluas 35 ribu hektar," katanya. Selain bertugas menanam kotak-kotak jerami, petani juga menanam pohon yang cocok untuk lahan gurun pasir itu, termasuk tumbuhan yang menghasilkan buah-buahan. Mereka mendapatkan upah atas kerja kerasnya itu.

Saat ini Wang melibatkan 400 petani untuk menanam jerami dan berkebun buah. Setiap petani harus memenuhi target tahunan yaitu membuat 10 ribu kotak jerami dan menanam 10 ribu tumbuhan untuk mendapatkan bayaran 10 ribu yuan (sekitar Rp 14,5 juta).

Saat ini usaha pelestarian lingkungan Wang dengan menggerakkan para petani, tidak lagi mengandalkan dukungan pemerintah. Mereka telah berkecukupan dengan usaha sendiri ditambah sesekali ada perusahaan yang menyumbang. Gurun yang digarap mereka adalah milik pemerintah seluas 100 ribu hektar.

"Lagipula siapa yang mau beli (gurun pasir)?" ujarnya. Petani yang rata-rata juga berasal dari suku Hui, datang ke gurun dengan naik bus, berjalan kaki atau keledai.

Setelah mengunjungi ladang gurun pasir yang sedang ditanami jerami, wartawan mampir ke gurun pasir yang kini kini telah menjadi kebun buah apel, peach maupun anggrek. Namun saat dikunjungi, tetumbuhan itu sebagian tak terlihat menghijau karena musim dingin masih mendera. Tak lama lagi, tetumbuhan itu kembali merona seiring datangnya musim semi.

Di kompleks perkebunan yang luas itu, terdapat juga bangunan-bangunan dengan arsitektur China. Suasananya mirip tempat wisata. Rupanya, kawasan itu memang ada rencana disulap sebagai tempat piknik. Tak tanggung-tanggung, mereka juga membangun Tembok Besar China tiruan untuk merealisasikan ide itu.

Karena prestasi Wang yang menyulap ladang gurun pasir menjadi tanah produktif, Presiden Hu Jintao dan Wapres Xi Jinping pernah mengunjunginya. Proyek Wang juga sering menjadi contoh negara-negara asing yang berjuang menanggulangi ekspansi gurun pasir. Ismail Wang Youde, pahlawan padang pasir, telah menaklukkan 'misi tak mungkin itu'.

(nrl/vit)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads