Rudd, yang mundur dari jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri (Menlu) saat berada di Washington, AS, pekan ini. Dia kembali ke Australia tepat sehari setelah PM Gillard menyatakan pemungutan suara untuk memilih pemimpin Partai Buruh akan digelar pada Senin (27/2) mendatang, menyusul perpecahan yang terjadi antar kadernya.
"Jika kita jujur dengan diri kita, semua indikasi menunjukkan bahwa kita menghadapi batu karang pada pemilu mendatang," ujar Rudd seperti dilansir oleh AFP, Jumat (24/2/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Entah benar atau pun salah, Julia telah kehilangan kepercayaan rakyat Australia, dan pada Senin (27/2) mendatang saya akan mulai mendapatkan kembali kepercayaan itu," tegas Rudd.
"Itulah mengapa saya memutuskan untuk mengikuti kembali kompetisi perebutan kepemimpinan Partai Buruh Australia," imbuhnya.
Rudd menambahkan, dirinya akan pensiun dan tidak akan berusaha mencalonkan diri kembali jika kalah dalam pemungutan suara yang digelar Senin (27/2) mendatang. Namun jika dia berhasil menang, maka nantinya kursi PM Australia akan kembali ke tangannya.
Rudd menjabat sebagai PM Australia untuk periode 2007-2010. Dia digulingkan dari posisinya oleh partainya sendiri pada 2010 lalu karena kebijakannya dinilai tidak lagi populer di mata publik. Para pengamat menilai, Rudd hingga saat ini belum bisa memaafkan penggulingan dirinya tersebut.
Sedangkan Julia Gillard yang menggantikan posisi Rudd sebagai Ketua Partai Buruh, terpilih menjadi PM Australia yang baru. PM Gillard memimpin parlemen yang bergantung pada dukungan partai minoritas, dari Partai Hijau dan kelompok independen.
Pemilu Australia dijadwalkan digelar pada 2013 mendatang. Lawan tangguh Partai Buruh adalah partai oposisi konservatif yang dipimpin oleh Tony Abbott. Namun sayangnya, menurut jajak pendapat yang digelar, Gillard dinyatakan akan kalah jika pemilu digelar dalam waktu dekat.
(nvc/nrl)