Kebijakan ini disambut gembira kaum perempuan di negeri termakmur di jazirah Arab itu. "Saya dan banyak perempuan lain selalu malu untuk berjalan ke toko lingerie karena para laki-laki yang menjual barang itu," kata seorang perempuan Arab Saudi, Samar Muhammad, seperti diberitakan AFP, Rabu (4/1/2012).
Samar mengatakan, dulu dirinya sering membeli pakaian dalam yang salah. "Karena saya sangat sensitif untuk menjelaskan apa yang saya inginkan kepada penjual pria itu," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah perintah dari Raja," kata Menteri Tenaga Kerja Arab Saudi, Adel Faqih.
"Semua persiapan sedang dilakukan sepenuhnya untuk dapat mengimplementasikan keputusan ini," kata Adel. Dirinya menambahkan, lebih dari 7.300 outlet ritel akan terpengaruh oleh kebijakan ini dan akan menciptakan kesempatan kerja bagi sekitar 40.000 wanita Saudi.
Proposal awal Kementerian Tenaga Kerja yang berisi kemungkinan seorang wanita dapat bekerja di toko lingerie mendapat kecaman dari ulama dengan mengeluarkan fatwa tentang pembatasan perempuan dalam bekerja.
Kebijakan wanita sebagai penjual lingerie muncul lewat perjuangan yang cukup lama, sejak 2005. Para aktivis Arab Saudi berkampanye lewat facebook dengan tema 'Enough Embarrassment'.
Pendiri kelompok kampanye itu, Fatima Garoub, menyambut baik implementasi UU baru tersebut meskipun ada keraguan di antara para peritel lingerie. "Mereka sekarang menanggapi positif, terutama karena mereka tidak punya pilihan," terangnya.
Di Jeddah, sejumlah toko lingerie telah memperkerjakan karyawati. "Awalnya saya takut, saya tidak yakin masyarakat akan menerimanya," kata Samar Moulid, seorang sales di toko lingerie di Jeddah.
"Namun kemudian saya menemukan hal yang berlawanan. Semua orang berterimakasih, mereka merasa lega," katanya.
ο»Ώ
(fiq/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini