"Saya bangga bisa membawa tanggung jawab paling berharga, menjadi penjamin rakyat, negara dan revolusi," ujar Marzouki setelah pengumuman hasil pemilu pada Senin (12/12) dan dilansir kantor berita AFP, Selasa (13/12/2011).
Marzouki merupakan presiden pertama yang terpilih dalam pemilu pasca revolusi terjadi di Tunisia. Saat hasil pemilu diumumkan, Marzouki tampil dengan pakaian kebesarannya, yakni setelan jas warna abu-abu dengan kemeja putih tanpa dasi dan dilengkapi kacamata berbingkai besar yang menjadi ciri khasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada para anggota dewan maupun kelompok opisisi, Marzouki pun berkata, "Saya menerima pesan Anda bahwa Anda akan selalu mengawasi saya."
Pelantikan Marzouki akan digelar di Istana Presiden di Carthage, Selasa (13/12) waktu setempat. Pelantikan ini merupakan yang pertama kalinya digelar pasca lengsernya Ben Ali yang telah menjadi diktator Tunisia selama beberapa dekade.
"Saya mendapat kehormatan yang sangat besar dengan menjadi presiden pertama dari sebuah republik di kawasan Arab yang bebas," tuturnya kepada AFP secara terpisah.
Tugas pertama Marzouki adalah menunjuk Perdana Menteri Tunisia yang baru. Diperkirakan, kandidat presiden kedua dari Partai Ennahda Islam, Hamadi Jebali yang akan ditunjuk dan menunggu persetujuan parlemen.
Pada masa kepemimpinan Presiden Ben Ali, Marzouki yang merupakan opisisi terkuat ini sempat diasingkan ke Prancis selama satu dekade. Marzouki selama ini dikenal sebagai Ketua Liga Tunisia bagi Penegakan HAM (Tunisian League for the Defence of Human Rights/LTDH) sejak tahun 1989.
Sang pengagum Mahatma Gandhi ini merupakan ayah dari 3 anak. Namun ia telah bercerai dengan istrinya yang berkebangsaan Prancis. Selain itu, Marzouki juga dikenal sebagai seorang penulis buku yang produktif. Ia diketahui telah menulis beberapa buku baik dalam bahasa Perancis maupun Arab, salah satunya berjudul 'Dictators on Watch: A Democratic Path for the Arab World.'
(nvc/gah)