Jet F-22 Raptor yang bisa menghindari radar tersebut dilarang terbang sejak 3 Mei lalu. Para pejabat Angkatan Udara AS tak bisa memastikan kapan pesawat-pesawat perang tersebut akan kembali dioperasikan.
"Keselamatan awak udara kami adalah yang terpenting dan kami akan menggunakan waktu yang diperlukan untuk memastikan kami melakukan investigasi menyeluruh," ujar juru bicara Angkatan Udara AS, Kapten Jennifer Ferrau seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (25/6/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah kasus, sebuah jet F-22 menyambar puncak pohon sebelum mendarat dan sang pilot tak bisa mengingat insiden itu, yang mengindikasikan kemungkinan gejala hipoksia akibat kekurangan udara.
Dikatakan Ferrau, terlalu dini untuk memastikan bahwa masalah teknis tersebut terkait dengan sistem pembangkit oksigen di pesawat, yang dikenal sebagai OBOGS.
Sejak Januari lalu, para pilot F-22 telah dilarang terbang di atas ketinggian 25 ribu kaki (7.600 meter) menyusul jatuhnya pesawat Raptor di Alaska saat latihan terbang. Angkatan Udara AS memiliki lebih dari 160 pesawat F-22 Raptor dan berencana memiliki total 187 jet Raptor.
(ita/ita)