Menteri Lingkungan Hidup Jerman Norbert Roettgen pada Senin, 30 Mei dini hari waktu setempat mengumumkan keputusan yang dipicu oleh krisis nuklir di PLTN Fukushima, Jepang tersebut. Pejabat Jerman tersebut menyatakan keputusan itu sebagai hal yang tak bisa diubah lagi.
"Setelah konsultasi panjuang, sekarang ada kesepakatan oleh koalisi untuk mengakhiri energi nuklir," ujar Roettgen kepada wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (30/5/2011.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jerman memiliki 17 reaktor nuklir di wilayahnya, yang 8 di antaranya saat ini tidak beroperasi. Tujuh dari 8 PLTN yang berhenti beroperasi itu merupakan reaktor-reaktor nuklir tertua di Jerman. Ketujuh reaktor nuklir itu ditutup sementara selama 3 bulan untuk penyelidikan keamanan menyusul terjadinya krisis nuklir di PLTN Fukushima pada Maret lalu.
Sedangkan reaktor nuklir ke-8 yang saat ini tidak beroperasi adalah PLTN Kruemmel di Jerman utara, yang telah berhenti beroperasi selama bertahun-tahun dikarenakan masalah teknis.
Keputusan ini menjadikan Jerman sebagai negara besar industri pertama yang mengumumkan rencana untuk menghentikan seluruh penggunaan energi atom. Namun itu juga berarti Jerman harus menemukan sumber lain untuk menyediakan 22 persen kebutuhan listrik yang selama ini dipasok oleh reaktor-reaktor nuklir tersebut.
Roettgen menegaskan bahwa tidak akan terjadi pemadaman listrik akibat keputusan ini. "Kami pastikan bahwa pasokan listrik akan tersedia setiap waktu dan bagi semua pemakai," janji Roettgen namun tidak menjelaskan lebih detail.
Dijelaskan Roettgen, kedelapan reaktor nuklir yang sebelumnya telah dinonaktifkan tak akan diaktifkan kembali. Sementara enam reaktor lainnya akan ditutup pada akhir 2021 dan tiga reaktor paling modern akan berhenti operasi pada akhir 2022.
Sebelumnya para ahli telah menyatakan bahwa Jerman bisa beralih menggunakan energi terbarukan sebagai alternatif sumber energi listrik.
(ita/nrl)