Akhirnya, Weddle pun mencukur jenggotnya yang mencapai 15 inci (38 cm) itu pada Minggu (1/5/2011) malam waktu AS, usai Presiden Obama mengumumkan tewasnya Osama.
"Saya sangat emosional tentang ini, semua tentang kematian dan kehancuran. Saya akhirnya bisa menyelesaikan semua ini," jelas Weddle seperti dilansir Reuters, Selasa (3/5/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya manusia yang takut Tuhan," imbuh Weddle yang mengaku ngeri saat mengetahui pada 9
September 2001 ribuan orang saling bertumbukan meregang nyawa.
Weddle mengatakan selama memanjangkan jenggotnya, dia merasa seperti elang laut, terutama saat menyekop salju atau bermain bola basket.
Pada Minggu malam lalu itu, Weddle sedang keluar di tamannya ketika rekan gurunya menelepon dan mengabarkan tewasnya Osama. Weddle mengira itu hanya sebuah lelucon, namun sesaat kemudian dia meneteskan air mata. Sesaat setelahnya dia pun melumuri wajahnya dengan lotion, memotong dengan gunting dan mencukur dengan razor.
Para tetangga berkerumun melihat dan merekam peristiwa itu. Istri Weddle, Donita, juga senang. Pasalnya, wajah Weddle terlihat lebih muda usai memotong jenggot dan cambangnya.
Jenggot yang telah dipotongnya, ditaruh dalam kertas plastik tersegel. "Tidak ada yang benar-benar menang, setiap orang terluka dalam hal ini," ujar Weddle.
Weddle yang tinggal di East Wenatchee, Washington, sekitar 150 mil di timur Seattle juga mendapat penghargaan dari atasannya, kepala SMP tempatnya mengajar, Jill Palmquist. Palmquist mengumumkan pada para siswa dan guru melalui pengeras suara bahwa Weddle telah memenuhi janjinya untuk menghormati nyawa-nyawa yang hilang.
"Untuk 3.454 hari, Pak Weddle menjaga kata-katanya, setia dan benar. Dia tahan ejekan, lelucon dan orang-orang memberitahunya bahwa apa yang dia lakukan sia-sia," tutur Palmquist.
(nwk/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini