Menurut Obama, komitmen Peres akan keamanan Israel dan upaya perdamaian "berakar pada landasan moralnya yang tak tergoyahkan dan optimismenya yang tak pernah padam."
"Mungkin karena dia telah melihat Israel mengatasi rintangan yang luar biasa, Shimon tak pernah menyerah akan kemungkinan perdamaian antara Israel, Palestina dan tetangga-tetangga Israel -- bahkan tidak pula setelah malam menyedihkan di Tel Aviv yang merenggut Yitzhak Rabin," tutur Obama dalam statemen Gedung Putih seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (29/9/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ungkapan dukacita juga disampaikan mantan Presiden AS Bill Clinton yang menyebut Peres "seorang jenius berhati besar." Menurut Clinton, Timur Tengah telah "kehilangan seorang advokat tangguh untuk perdamaian dan rekonsiliasi dan untuk masa depan di mana semua anak-anak Abraham membangun hari esok yang lebih baik."
"Saya tak akan pernah lupa bagaimana bahagianya dia 23 tahun lalu ketika dia menandatangani Perjanjian Oslo di halaman berumput Gedung Putih, yang menandai era lebih penuh harapan dalam hubungan Israel-Palestina," kata Clinton mengenai penandatanganan Perjanjian Oslo yang meyebutkan tentang negara Palestina yang independen.
Peres meraih hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1994 bersama-sama dengan Perdana Menteri Israel saat itu, Yitzhak Rabin -- yang dibunuh pada tahun 1995 -- dan pemimpin Palestina Yasser Arafat atas perannya dalam merundingkan Perjanjian Oslo. (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini