Bangladesh - Setiap tahun, rumah-rumah di pulau sungai Bangladesh hilang tersapu arus. Namun, warganya terus berjuang mempertahankan tanah dan harapan di tepi Brahmaputra.
Foto
Potret Warga Pulau Bangladesh Bertahan di Tengah Erosi dan Penggusuran
Nurun Nabi menatap Sungai Brahmaputra yang perlahan menelan tepi rumahnya di Kurigram, Bangladesh utara. Ia harus pindah lagi setelah setahun menetap. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Keluarga Nabi membongkar rumah kayu mereka untuk dipindahkan ke pulau baru. Bagi warga char, memindahkan rumah adalah bagian dari hidup. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Bekas lahan padi dan miju-miju kini menjadi aliran air deras. Setiap musim, sungai ini memakan hektare demi hektare lahan subur di tepian. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Anak-anak bermain di tepian char yang rapuh. Meski rawan longsor, tempat ini adalah satu-satunya dunia yang mereka kenal sejak lahir. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Setiap tahun, ratusan keluarga di distrik Kurigram, Bangladesh utara, menghadapi nasib yang sama. Ketika bantaran sungai runtuh, orang-orang tidak hanya kehilangan rumah mereka tetapi juga tanah, tanaman, dan ternak mereka. Sungai Brahmaputra, Teesta, dan Dharla yang dulu menjadi jalur kehidupan bagi jutaan orang kini menjadi tak terduga, mengikis daratan lebih cepat dari sebelumnya. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Char-char ini pulau-pulau berpasir yang bergeser dan tersebar di dataran utara negara itu termasuk di antara tempat-tempat paling rapuh di Bangladesh. Keluarga-keluarga membangun kembali berulang kali, hanya untuk mendapati sungai mengambil semua yang mereka miliki. REUTERS/Sam Jahan
Warga berpindah pulau dengan perahu untuk membangun tempat tinggalnya kembali. Erosi bukanlah fenomena baru, tetapi penduduk setempat mengatakan bahwa sebelumnya char-char tersebut lebih menetap. Namun, curah hujan yang tidak sesuai musim dan perubahan kedalaman sungai telah mempercepat masalah ini. Faktor lainnya adalah urbanisasi yang berkontribusi pada peningkatan jumlah sedimen dan akibatnya, aliran di hilir. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain











































