Iran - Rudal balasan Iran dan Israel telah menewaskan sekitar 224 orang di Iran dan 24 di Israel. Korban mayoritas dari kedua pihak adalah warga sipil.
Foto
248 Orang Tewas dalam Aksi Saling Serang Israel-Iran

Konflik bersenjata antara Israel dan Iran yang memanas dalam sepekan terakhir menelan ratusan korban jiwa. Serangan rudal balasan yang diluncurkan kedua negara menyebabkan kehancuran di sejumlah wilayah dan menimbulkan kekhawatiran internasional terhadap potensi eskalasi lebih luas. (REUTERS/Mohamad Torokman)
Data dari berbagai sumber menyebutkan bahwa hingga 224 warga Iran dilaporkan tewas akibat serangan Israel, dengan mayoritas korban adalah warga sipil. Sementara itu, laporan alternatif bahkan mencatat jumlah korban tewas di Iran mencapai lebih dari 400 orang, yang terdiri atas warga sipil, personel militer, dan korban yang belum teridentifikasi. (REUTERS/HAMID AMLASHI)
Di pihak Israel, serangan balasan dari Iran menyebabkan setidaknya 24 korban jiwa, sebagian besar di antaranya juga warga sipil. Serangan tersebut menargetkan sejumlah kota besar seperti Tel Aviv dan Haifa, dengan kerusakan yang cukup signifikan pada infrastruktur sipil, termasuk bangunan milik diplomatik asing. (REUTERS/Ronen Zvulun)
Organisasi internasional dan berbagai negara mitra telah menyerukan gencatan senjata, namun ketegangan belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Serangan-serangan udara masih berlangsung secara sporadis, sementara masing-masing pihak menyatakan tindakan mereka sebagai bentuk pembelaan diri. (REUTERS/Ronen Zvulun)
Kedua negara juga menghadapi tekanan dari dalam negeri. Di Iran, protes muncul terkait jumlah korban sipil yang tinggi dan kerusakan fasilitas umum. Di Israel, meski sistem pertahanan udara seperti Iron Dome mampu mencegat sebagian besar serangan, publik tetap menuntut kepastian keamanan. (REUTERS/Amir Kholousi)
Hingga kini, jumlah korban jiwa diperkirakan masih dapat bertambah seiring berlangsungnya serangan. Komunitas internasional terus mendorong upaya diplomatik agar konflik ini segera dihentikan sebelum meluas ke kawasan lain di Timur Tengah. (REUTERS/MOSHE MIZRAHI)