Potret Suku Tehit Berjuang Melawan Arus Zaman

Foto

Potret Suku Tehit Berjuang Melawan Arus Zaman

Antara Foto/Rivan Awal Lingga - detikNews
Senin, 17 Feb 2025 15:30 WIB

Papua - Di Desa Sira, Distrik Saifi, Sorong Selatan, Papua Barat Daya, Suku Tehit di wilayah adat Knasaimos berdiri teguh melawan arus zaman. Begini potretnya.

Dua orang anak Suku Tehit melintas di Kampung Sira, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Di balik deru modernitas yang memotong akar-akar tua, masyarakat adat menjaga jantung alam yang terus berdenyut untuk anak-cucu. Mereka adalah penjaga hutan, warisan nenek moyang yang lebih kuat dari pasal dan ayat. Hutan ini adalah rumah mereka, bukan sekadar bentangan pepohonan tapi nafas, kehidupan, dan janji yang tak pernah putus.
Dua orang anak Suku Tehit melintas di Kampung Sira, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Di sinilah pada 1998 mereka menyatukan suara untuk mendirikan Dewan Persekutuan Masyarakat Adat (DPMA) Knasaimos yang merupakan sebuah benteng perlindungan adat.
Dua orang anak Suku Tehit melintas di Kampung Sira, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Tahun-tahun perjuangan Suku Tehit yang berada di wilayah adat Knasaimos sangat panjang. Dari masa ketika suara-suara muda yang bangkit menggenggam pena untuk menuliskan perlawanan terhadap kebijakan yang mengancam tanah leluhur, seperti ekspansi sawit yang mengintai untuk menjarah tanah adat mereka, datang dengan janji palsu kesejahteraan. Hutan yang mereka rawat dengan cinta ditargetkan menjadi angka-angka keuntungan.
Dua orang anak Suku Tehit melintas di Kampung Sira, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Hutan bukan sekadar ruang sunyi, tetapi dapur yang tak pernah kehabisan bahan. Di pagi hari mereka ke hutan untuk memetik sayur, menangkap ikan, dan mengambil obat-obatan yang tumbuh liar tapi penuh makna.
Dua orang anak Suku Tehit melintas di Kampung Sira, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Di antara batang sagu yang menjulang, mereka menemukan kehidupan yang sederhana tapi cukup. Sagu merupakan pohon serba guna, dari akar hingga daunnya adalah simbol keberlanjutan bagi Suku Tehit. Jika sagu punah, maka mereka kehilangan nafas terakhirnya.
Dua orang anak Suku Tehit melintas di Kampung Sira, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Hutan juga merupakan cerita yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dari nenek moyang mereka belajar menghormati pohon besar, merawat sungai, dan menjaga keseimbangan hidup.
Dua orang anak Suku Tehit melintas di Kampung Sira, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Tidak ada hukum tertulis di masa nenek moyang mereka, tapi ada kebijaksanaan yang lebih kokoh daripada pasal-pasal. Hari ini, Suku Tehit melawan agar hukum yang sama mengakui apa yang telah menjadi hak kami selama berabad-abad.
Dua orang anak Suku Tehit melintas di Kampung Sira, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Mereka tidak sendiri. Dalam perjuangan ini, Suku Tehit dibantu oleh banyak pihak termasuk pemerintah yang datang dengan ilmu dan dukungan. Pada Juni 2024 Bupati Sorong Selatan menyerahkan Surat Keputusan Pengakuan Wilayah Adat kepada masyarakat Knasaimos, yang juga mencakup Suku Tehit.
Dua orang anak Suku Tehit melintas di Kampung Sira, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Namun, perjuangan mereka belum selesai. Hutan mereka harus diakui sebagai hutan adat. Bukan untuk masyarakat adat semata tapi untuk anak-anak kami dan untuk dunia yang kelelahan oleh panas global.
Dua orang anak Suku Tehit melintas di Kampung Sira, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Saat ini Suku Tehit tengah berjuang mengukuhkan tanah leluhur sebagai hutan adat, menjaga denyut kehidupan dan melindungi rimba tempat mereka menggantungkan harapan, agar tidak ada lagi perusahaan sawit dan penebangan pohon secara illegal yang ingin menghancurkan hutan mereka.
Potret Suku Tehit Berjuang Melawan Arus Zaman
Potret Suku Tehit Berjuang Melawan Arus Zaman
Potret Suku Tehit Berjuang Melawan Arus Zaman
Potret Suku Tehit Berjuang Melawan Arus Zaman
Potret Suku Tehit Berjuang Melawan Arus Zaman
Potret Suku Tehit Berjuang Melawan Arus Zaman
Potret Suku Tehit Berjuang Melawan Arus Zaman
Potret Suku Tehit Berjuang Melawan Arus Zaman
Potret Suku Tehit Berjuang Melawan Arus Zaman
Potret Suku Tehit Berjuang Melawan Arus Zaman


Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads