.webp)
Tangerang - Kebakaran melanda TPA Rawa Kucing, Kota Tangerang. Kobaran api itu bermula pada Jumat (20/10) dan memuncak sehari kemudian. Lautan sampah pun menghitam.
Foto
Saat Lautan Sampah Menghitam Akibat Kebakaran
Minggu, 29 Okt 2023 07:07 WIB
Petugas menyemprotkan cairan ke titik api yang membakar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. Pemkot Tangerang menyatakan status darurat bencana hingga 2 November mendatang.
Petugas bersiaga di tengah lautan sampah yang terbakar, sementara water bombing terus diaktifkan. Seperti diketahui, TPA Rawa Kucing mempunyai luas sekitar 35 hektar.
Seorang pemulung melintas di depan lautan sampah yang terbakar. TPA Rawa Kucing yang beroperasi sejak tahun 1992 mampu menampung sampah domestik/timbulan sampah sebesar 900-1.000 ton/hari dengan estimasi sampah yang dihasilkan dari rumah tangga sebanyak 400.000 KK.
Warga mengenakan masker yang dibagikan oleh petugas kepolisian. Warga juga mengeluhkan mengalami mata perih dan sesak napas akibat dikepung asap dalam lima hari terakhir.
Jurnalis foto mengenakan masker khusus untuk terhindar dari mata perih dan sesak nafas saat meliput kebakaran TPA Rawa Pening. Dia berdiri di kompleks pemakaman yang berada di sisi TPA Rawa Kucing.
Helikopter dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengambil air di Sungai Cisadane untuk melakukan water bombing. Sungai itu berada di sisi luar TPA Rawa Kucing.
Ranting pepohonan mengering akibat panas. Lautan sampah berubah menjadi api, membakar sejumlah rumah, kendaraan petugas, mobil loader, hingga fasilitas pengolahan sampah.
Helikopter dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersiap melakukan water bombing pada titik api. Titik api berpindah-pindah tergantung titik panas dan angin. Kolam air pun menghitam dipadati jelaga.
Petugas memberi aba-aba saat air water bombing menyiram titik api. Kobaran api itu seketika mengubah lautan sampah menjadi api, membakar sejumlah rumah, kendaraan petugas, mobil loader, hingga fasilitas pengolahan sampah.
Petugas berdiri di antara gunungan sampah yang dibelah untuk akses petugas menuju titik api. Kolam air pun berubah menghitam dan dipadati jelaga.
Beginilah ekspresi petugas saat menyemprotkan air ke titik api di gunungan sampah.
Helikopter dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melintas di atas pemulung yang beraktivitas di lahan TPA yang tak terbakar.
Pemulung kembali menyemut di antara tumpukan sampah, di area TPA yang tak terbakar untuk mencari barang yang bisa didaur ulang, di antara campuran sampah basah dan kering yang menebarkan aroma berbau busuk dan tak sedap.
Kehidupan para pemulung ini tetap harus berjalan dan aktivitas bongkar sampah pun terus berputar meski dengan jumlah yang terbatas. Mereka memperoleh bayaran Rp 1.500/kg sampah plastik yang dikumpulkan.
