Turki - Setelah gempa bumi dahsyat melanda Turki, lebih dari 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal. Para penyintas bahkan berlindung di gerbong kereta.
Foto
Nestapa Korban Gempa Turki Berlindung di Gerbong Kereta Api

Almarhum suami Sabriye Karan bekerja untuk perusahaan kereta api nasional Turki selama 32 tahun dan putrinya Nehir tumbuh dengan naik kereta api. Setelah gempa bumi dahsyat melanda Turki dan merusak rumahnya, dia dan Nehir pindah ke satu tempat yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Β
Sabriye berbagi kabin tidur dengan Nehir yang berusia 13 tahun selama 18 hari terakhir. Biasanya mereka bepergian dengan kereta api, tapi kini situasinya berbeda. Β
Pihak berwenang Turki telah berlomba untuk menemukan akomodasi bagi lebih dari 1,5 juta orang yang kehilangan tempat tinggal setelah gempa bumi besar pada bulan Februari, yang menewaskan sekitar 50.000 orang di Turki dan Suriah. Para penyintas berlindung di tenda, rumah kontainer, resor hotel, dan bahkan gerbong kereta api di Iskenderun, kota pelabuhan di provinsi Hatay, yang dilanda gempa bumi parah. Β
Stasiun Iskenderun dibuka tetapi dua jalur dipenuhi dengan gerbong yang menampung ratusan orang yang selamat. Mereka yang pertama tiba seperti Sabriye dan Nehir menemukan kabin tidur. Sementara lainnya tidur tegak di kursi.
Di gerbong lain duduk Yusuf Kurma, 20, dan Aysel Ozcelik, 20, bergandengan tangan. Pasangan yang berencana menikah itu lari mencari satu sama lain setelah gempa pertama. Sekarang mereka mungkin menunda pernikahan. Β
Tangga pijakan dan bangku kecil menghiasi rel untuk membantu orang mencapai gerbong. Kadang-kadang, seorang pegawai stasiun memperingatkan orang-orang yang selamat yang berjalan melintasi rel bahwa kereta api sedang mendekat.Β Mula-mula, setiap kereta yang lewat membunyikan klaksonnya, itu akan mengagetkan Sabriye dan Nehir. Tapi semua mulai terbiasa.
Kabin sempit mereka, selebar jendela kereta api, menampung beberapa barang penting dan lebih hangat di malam yang dingin daripada tenda. Β
Mereka menghabiskan setidaknya 18 jam sehari di dalam, hanya berjalan kaki singkat di sekitar stasiun dan mengantre untuk sarapan dan makan malam yang disajikan oleh kelompok bantuan. Β
Gempa telah mengubah hidup mereka dan berdampak buruk pada kesehatan mental, kata Sabriye. Suaminya meninggal karena COVID pada tahun 2020, dan dia telah berjuang untuk mengatasi kehilangan tersebut, yang kini diperparah oleh trauma gempa. Β