Jakarta - Banyak faktor yang menyebabkan Jakarta bakal tenggelam. Diantaranya perubahan iklim, ledakan penduduk hingga eksploitasi air.
Foto
Tanda-tanda Jakarta Bakal Tenggelam yang Kian Dekat

Menurut penelitian NASA penyebab Jakarta akan tenggelam di sebabkan kombinasi banyak faktor, perubahan iklim, jumlah penduduk yang terus bertambah, juga eksploitasi air di ibu kota RI itu.
Permukiman padat pun menjadi salah satu faktornya.
Selain itu turunnya permukaan tanah yang semakin dipercepat oleh urbanisasi serta perubahan fungsi lahan juga turut mendukung.
Menyempit atau tersumbatnya saluran sungai dan kanal oleh sedimen dan sampah juga turut mempercepat penurunan tanah Jakarta.
Masih banyaknya permukiman yang berdiri di pinggiran sungai Jakarta membuat tersumbatnya aliran air yang membuat penurunan tanah kian cepat.
Faktor lain percepatan penurunan tanah yakni ekploitasi air tanah yang masih banyak dilakukan warga Jakarta. Khususnya warga pesisir Jakarta yang saat ini masih banyak belum memperoleh aliran air PAM.
Terlihat warga di Kampung Empang Muara Angke mengambil air tanah di sekitar rumahnya.
Lembaga non-profit independen yang fokus pada isu perubahan iklim, Climate Central, juga turut serta dengan membuat peta proyeksi wilayah DKI Jakarta yang tenggelam pada 2030.
Pada data yang diakses tahun 2021 itu, tampak sejumlah wilayah Jakarta yang ditandai warna merah. Warna tersebut menandakan, kawasan itu telah tenggelam pada 2030. Adapun wilayah yang termasuk antara lain Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, hingga Jakarta Selatan.
Namun, ketika diakses kembali pada Rabu (21/09/2022), peta tersebut nampak berbeda di mana tanda warna merah tidak sebanyak dulu untuk 2030. Bahkan anak-anak pesisir Jakarta Utara kehilangan tempat bermain ketika nanti semuanya terendam air laut.
Area Jakarta yang ditandai dengan warna merah hanya terlihat di kawasan pesisir utara, terutama di kawasan Pantai Indah Kapuk-Muara Angke. Hal yang sama juga terlihat dengan proyeksi untuk 2050.
Beberapa perkampungan di kawasan pesisir Jakarta Utara hingga kini masih terus mengalami banjir rob, banjir yang diakibatkan pasang surut air laut, setiap harinya hingga kondisi ini menjadi hal yang lumrah.
Sebut saja Kampung Empang, Muara Angke, wilayah Jakarta yang secara rutin mendapat 'kunjungan' dari banjir ini.Β
Menurut mereka setiap satu tahun sekali terjadi kenaikan permukaan air lautΒ 10 cm - 50cmΒ DanΒ itu akan terus terjadi jika tidak dicegah dengan pencegahan yang efektif.
Memang topik soal Jakarta tenggelam sebenarnya bukan baru kali ini saja mencuat. Bahkan, sederet peringatan telah dikeluarkan dalam beberapa tahun terakhir.
Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin, pada awal Agustus lalu. Ia menyoroti kondisi tingginya penggunaan air tanah di ibu kota, yang bisa berimbas pada bencana tersebut apabila tidak ditindaklanjuti.
Menurut beliau prediksinya di tahun 2050 diprediksikan 90 persen dari wilayah Jakarta terutama di bagian utara itu akan bisa juga kemudian tenggelam karena budaya atau kemudian penggunaan air yang kemudian tidak segera diselesaikan dan terus mengambil air dari tanah yang memang semakin sering pastinya.
Tidak hanya Arief, Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDIP Ida Mahmudah juga menyoroti perihal ini. Ia meminta ketegasan Pemprov DKI terkait aturan pemakaian air tanah.
Saat ini Pemprov DKI Jakafta ingin mendorong adanya peraturan daerah (Perda) terkait dengan penggunaan air tanah ini demi menyelesaikan permasalahan tersebut.
Bahkan kawasan perumahan elit Pantai Mutiara di Jakarta Utara setiap tahun harus meninggikan tanggul karena permukaan tanah yang terus turun dan air laut semakin naik. Lalu apa langkah pemerintah untuk mengatasi ancaman bencana alama jangka panjang ini?