Tangerang - Oen Sin Yang (71) atau akrab disapa Goyong jadi salah satu pemain musik Gambang Kromong dan bertugas pegang alat musik Teh Yan di setiap aksinya. Tapi kini...
Foto
Seniman Tehyan Riwayatmu Kini...

Pria kelahiran 1951Β ini akrab disapa Goyong. Ia merupakanΒ pria berketurunan Tionghoa. Di dalam nadinya, mengalir darah seniman dari mendiang ayahnya, Oen Oen Hok.
Goyong tumbuh diantara lantunan terompet, tehyan, dan perlengkapan gambang kromong lainnya. Maka tak heran bila dirinya meneruskan warisan seni budaya dari sang Ayah yang mengalir dalam darahnya, yakni seniman Tehyan.
Goyong mulai belajar memainkan TehyanΒ sejak usia 22 tahun. Ia terjun ke dunia musik karena sang ayah adalah pemilik orkes Gambang Kromong yang kala itu juga berada di kawasan Tangerang.
Goyong ahli dalam memainkan alat musik tehyan dan terompet. Diakuinya, butuh teknik khusus untuk memainkan kedua gawai bernada tinggi dan rendah itu. Seperti terompet misalnya, hanya orang-orang yang piawai mengatur napas panjang yang dapat melantunkannya agar iramanya tidak terputus.
Begitu juga dengan alat musik Tehyan yang kini biasa dimainkan oleh Goyong.Β Butuh teknik dan keterampilan khusus agar dapat melantunkan irama dengan apik dan tidak terputus hingga musik terakhir.
Biasanya dahulu Goyong bermain musik di acara pernikahan atau disebuah acara kematian. Karena kesenian Gambang Kromong ini adalah seni budaya perpaduan antara Betawi dan Tionghoa. Maka tak heran bila disetiap acara-acara besar dua kebudayaan itu selalu adaΒ kesenian ini.
Tapi sayang,Β diakui Goyong bahwa saat ini rekan-rekan seperjuangannya yang dahuluΒ piawai memainkan gambang kromong ini sudah meninggal lebih dulu. Kini tak ada generasi muda yangΒ meneruskanΒ budaya dan kesenian ini.Β Sehingga ia merasa tidak ada lagi yang bisa memainkan lagu-lagu klasik. Apalagi, dengan munculnya fenomena berbagai pertunjukan musik modern yang membuat kesenian khasΒ Betawi ini tenggelam dan kalah saing.
Pada setiap acara tradisional tionghoa, Goyong beserta rekan-rekannya terbiasa memainkan lagu klasik atau yang biasa disebut "lagu dalam". Bahkan, berkat kepiawaiannya, Goyong berhasil keluar negeri untuk memperkenalkan alat musik gambang kromong.
Karena ia kini memiliki banyak waktu luang, Goyong lebih sering menghabiskan waktunya untuk memancing di kali dekat tempat tinggalnya.
Tak banyak kegiatan yang bisa ia lakukan selain berkesenian denganΒ memainkan alat musik Tehyan dan terompet. Maka tak heran bila setiap harinya ia selalu menghabiskan waktuΒ luangnya dengan memancing.
Bahkan, demi memenuhi kebutuhan hidupnya, Goyong lebih memilih untuk menjadi pemulung.Β Ia harus rela berjalan dan kelilingΒ mencari botol-botol bekas disekitar wilayahnya. Hasil kumpulan botol bekas yang ia dapatkan, akhirnyaΒ ia jual ke pengepulΒ demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Goyong yang dulu terampil memainkan alat musik Tehyan, bisa menghibur dan menghasilkan uang dari aksinya itu, kini hidup terpuruk. Bahkan rumahnya yang ia tempati tampak usang dimakan zaman.Β Ia sendiri tinggal di Kampung Tehyan, Neglasari, Tangerang. Beginilah kondisi rumahnya.
Untung saja masih ada yang peduli dengan kehidupan para seniman seperti Goyong ini.Β Beberapa lalu, ada perwakilan dari yayasan kemanusiaan datang dan menawarkan renovasi rumah Goyong yang hampir rubuh. Hingga saat ini renovasiΒ itu juga masih terus dilakukan agar ia bisa hidup nyaman.
Menurutnya, hingga kini tak jugaΒ ada perhatian yang lebih dan serius dari Pihak Pemerintah. Meskipun wilayah Goyong kini dilabeli Kampung Tehyan oleh Pemkot Tangerang.Β Termasuk bila melihatΒ kondisi rumah Goyong yang sudahΒ reyot dan tak layakΒ huni.Β Malah Yayasan Kemanusiaan lah yangΒ gerak dan inisiatifΒ merenovasi rumah Goyong.
Kini, ia pun hanya bisaΒ berharap di sisa usianya akan mendapatkan perhatian yang lebih baik dari Pemerintah. Nasib para seniman seperti Goyong inilah yang tak pernah dilirik apalagi dilihat perihal kesejahteraanya di masa tua.Β