Jakarta - 'Jamuuu, Jamuuu, Jamuuu...' Pekikan suara itu terdengar di lorong jalanan sempit Ibu Kota. Para pelanggan setianya pun langsung menghampiri dan menyambutnya.
Foto
Kisah Penjual Jamu Jakarta, Menggendong Asa di Ibu Kota

Produksi jamu tradisional yang biasa dijajakinya itu mengalami peningkatan hampir lima kali lipat dari biasanya selama pandemi Covid-19. Seperti yang terungkap dari salah satunya penjual Jamu Gendong di Kelurahan Gunung, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Mereka semua adalah orang rantau yang memang berjualan jamu gendong di Ibu Kota. Biasanya mereka berkumpul dalam satu wilayah yang sama karena memang masih satu kerabat/saudara di kampung halamannya di Solo, Jawa Tengah.
Hingga puluhan tahun mereka masih tetap ada dan bertahan melestarikan jamu tradisional. Beragam jenis jamu tersedia dengan khasiat macam-macam yang ditawarkan. Mulai dari beras kencur untuk obat batuk, temulawak untuk daya tahan tubuh, kunyit asam, dan kunyit sirih.
Pandemi Covid-19 membuat para penjual jamu gendong ini menuai rezeki yang cukup. Pasalnya, rata-rata mereka bisa meraup keuntungan antara Rp130 ribu hingga Rp200 ribu dalam sehari.
Bahkan, diakuinya dari hasil penjualan jamu gendong itu mereka bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang sarjana. Wow! Hebat… Meningkatknya permintaan minuman herbal itu juga dirasakan oleh sejumlah masyarakat yang memang sudah terbiasa mengkonsumsi jamu tradisional untuk kesehatan mereka.
Kebanyakan masyarakat memburu beberapa jenis jamu untuk memperkuat dan menambah daya tahan tubuh agar terhindar dari virus corona. Di tengah arus modern yang berkembang saat ini, eksistensi jamu tradisional masih begitu populer sebagai minuman herbal khas tanah air. Bahkan menjadi minuman favorit selama pandemi covid-19.
Jamu tradisional itu sendiri memiliki berbagai jenis, mulai dari yang berbentuk kapsul, tablet, sachet, hingga jamu gendong seperti ini. Jamu tradisional atau jamu gendong inilah yang masih banyak digemari masyarakat dari beragam kalangan.
Jamu gendong adalah jamu hasil produksi rumahan (home industry). Jamu ini dijajakan dengan cara memasukkannya ke dalam botol-botol dengan digendong penjualnya keliling jalan. Botol-botol itu biasanya disusun secara rapi dalam bakul. Sang penjual jamu yang menggendongnya itu berjualan keliling gang-gang sempit Ibu Kota.
Biasanya mereka memasarkan dagangannya berkeliling ke seluruh pelosok Ibu Kota. Penjual jamu gendong kebanyakan dari kaum hawa. Hal ini dikarenakan sejak dulu tenaga laki-laki lebih diperlukan dalam bidang pertanian.
Hal yang membuat menarik dari jamu gendong adalah cara membawa barang dagangannya, yaitu digendong menggunakan kain batik, jarik, dan sebagainya.
Ada beragam jenis jamu yang banyak dipesan masyarakat selama pandemi corona diantaranya yakni empon-empon, temulawak, beras kencur, dan kunir asem. Jamu tersebut diketahui bisa meningkatkan daya tahan tubuh agar tetap kebal untuk melawan virus dan penyakit.
Jamu merupakan warisan leluhur yang sangat berharga. Minuman ini telah memegang peranan penting dalam pemeliharaan kesehatan dan kebugaran masyarakat nusantara sejak ratusan tahun silam.
Secara sederhana, jamu dapat juga disebut sebagai obat herbal asli Indonesia yang diracik menggunakan bahan-bahan alami untuk menjaga kesehatan dan juga menyembuhkan berbagai macam penyakit. Bahan-bahan yang digunakan cukup mudah ditemukan dilingkungan seperti daun rimpang, batang, buah, bunga, dan kulit batang.
Meskipun harus berjalan di bawah terik matahari, mereka mengaku ikhlas menjalaninya. Dan kondisi pandemi tidak lantas mematikan jenis usahanya. Jamu-jamu itu dijual dengan harga Rp 6.000-Rp 10.000 per gelasnya. Pembeli juga dapat membungkus jamu-jamu tersebut.
Di waktu senggang atau hari liburnya mereka biasa menghabiskan waktu bersama keluarga tercinta. Seperti inilah momen kebersamaan mereka.
Biasanya jamu-jamu itu diproduksi sendiri sejak pukul 05.00-07.30 WIB dengan cara menumbuk bahan-bahan dasar jamu. Selanjutnya, mereka berkeliling dengan menggendong botol-botol jamu di kawasan Kebayoran Baru mulai pukul 10.00-17.00 WIB.
Walau paras wajahnya yang telah menua, mereka tetap setia memberikan senyuman dan pelayanan terbaik kepada pembelinya. Dari wajahnya juga tersirat ketekunan dan keikhlasan profesi yang telah dijalaninya puluhan tahun untuk membantu sesama.