Banten - Jembatan gantung yang ambruk di Pandeglang rupanya tak membuat semangat anak-anak SD surut. Mereka tetap bersekolah meski naik getek.
Foto
Jembatan Ambruk Nggak Bikin Semangat Bocah SD di Pandeglang Surut

Ambruknya jembatan, yang memutus akses warga di dua kecamatan di Pandeglang, Banten, itu rupanya tak membuat semangat anak-anak surut untuk berangkat ke sekolah. Mereka tetap menempuh perjalanan dari rumah masing-masing meski harus naik getek saat melintasi Sungai Ciliman, Pandeglang.
Pantauan di lokasi, Rabu (27/10), sekitar pukul 09.30 WIB, beberapa anak SD mulai berdatangan untuk menunggu giliran menyeberang menggunakan getek selepas pulang sekolah. Sekali perjalanan, penarik getek biasanya hanya mau membawa enam sampai delapan anak karena khawatir sarana perlintasan sementara itu malah tidak kuat menahan beban saat melintasi sungai.
Dalam perjalanan, ada enam anak yang naik getek untuk menyeberangi sungai. Salah satunya adalah siswa kelas IV SD bernama Wandi, yang setiap hari harus bersekolah dari rumahnya di Desa Pasirloa, Kecamatan Sindangresmi, menuju Desa Karyasari, Kecamatan Sukaresmi, Pandeglang, Banten.
Semenjak jembatan gantung yang menjadi akses terdekat anak-anak berangkat ke sekolah itu ambruk pada Jumat (15/10), Wandi dan teman-teman sebayanya terpaksa naik getek untuk bisa menyeberang ke desa sebelah. Meski dilanda ketakutan saat menyeberangi sungai, bocah 10 tahun ini tak punya pilihan lantaran hanya itu akses terdekat mereka menuju sekolah.
Untuk menghilangkan rasa takut, keenam anak-anak ini saling melempar canda kepada teman-temannya ketika menaiki getek. Sesekali, mereka juga terlihat mencipratkan air sungai yang berwarna cokelat ke baju temannya saat perjalanan melintasi Sungai Ciliman.
Ternyata, sebelum getek itu ada, Wandi dan anak-anak sekolah yang lain terpaksa meliburkan diri lantaran jembatan gantung yang ambruk itu sudah tak bisa digunakan lagi. Jika menempuh jalan lain, mereka akan kesulitan sampai ke sekolah karena memakan waktu perjalanan yang cukup lama.
Dengan raut muka yang malu-malu, Wandi memberanikan diri menyampaikan permintaan kepada pemerintah supaya jembatan ambruk di desanya segera dibangun kembali. Pasalnya, sarana perlintasan tersebut menjadi akses terdekat warga untuk bisa melintas ke desa seberang.