Mojokerto - Ekskavasi tahap 4 Candi Tribhuwana Tunggadewi di Mojokerto menemukan pagar kuno berukuran 20x15 meter. Diduga tempat ini adalah pendapa sebagai tempat pemujaan.
Foto
Tempat Pemujaan Ditemukan di Candi Tribhuwana Tunggadewi

Ekskavasi tahap 4 Candi Tribhuwana Tunggadewi atau Situs Bhre Kahuripan digelar Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim 27 September-23 Oktober 2021. Penggalian arkeologi kali ini untuk mengupas lahan seluas 640 meter persegi di sebelah barat bangunan candi yang terletak di persawahan Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Mojokerto.
Tim ekskavasi mendapatkan temuan baru berupa struktur bata kuno seluas 20x15 meter persegi.
Temuan baru di Candi Tribhuwana Tunggadewi salah satunya berupa struktur pagar keliling berbentuk persegi panjang 20x15 meter. Ini adalah penampakan struktur dinding sisi selatan. Bagian yang nampak mempunyai ketebalan sekitar 70 cm, tingginya 14 lapis bata merah kuno atau sekitar 80 cm.
Pagar kuno ini mengelilingi beberapa struktur bata. Arkeolog BPCB Jatim Pahadi berpendapat, struktur di dalam pagar adalah bangunan mandapa. Yaitu semacam pendapa atau balai sebagai tempat pemujaan menghadap ke Candi Tribhuwana Tunggadewi.Â
Mandapa dan candi diperkirakan terletak di dalam halaman sakral atau jero yang menjadi bagian dari sebuah kompleks bangunan pemujaan zaman Majapahit. Sebuah kompleks bangunan pemujaan biasa dibagi menjadi halaman luar (jaba), halaman tengah (madya) dan halaman dalam (jero).
Tim ekskavasi dari BPCB Jatim membuat gambar denah struktur bata yang ditemukan di sebelah barat Candi Tribhuwana Tunggadewi. Tepatnya di lapangan sepakbola Desa Klinterejo.
Struktur yang panjangnya mencapai 20 meter ini merupakan pagar sisi barat dari bangunan yang diperkirakan mandapa. Struktur ini diyakini sebagai pemisah antara halaman madya dengan halaman sakral di kompleks pemujaan atau Situs Bhre Kahuripan.
Pagar sisi barat ini diperkuat dengan beberapa pilar yang terbuat dari bata merah kuno. Beberapa bagiannya sudah tidak utuh lagi.
Penampakan struktur bata yang membujur dari timur ke barat dari pagar sisi barat. Bangunan sepanjang 7 meter ini ditemukan di sudut barat daya pagar keliling di lapangan sepakbola Desa Klinterejo. Arkeolog BPCB Jatim Pahadi memperkirakan struktur ini tangga naik menuju ke halaman sakral Candi Tribhuwana Tunggadewi. Tim ekskavasi terus mencari kelanjutan dari struktur ini yang diperkirakan berupa tangga turun di sisi timur dari pagar barat.
Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komisariat Daerah Jawa Timur Ismail Lutfi menunjukkan fragmen porselin yang ditemukan di sekitar struktur pagar keliling dan mandapa. Pecahan keramik tersebut diimpor dari Tiongkok pada zaman Majapahit sebagai wadah bahan-bahan pemujaan di Candi Tribhuwana Tunggadewi. Diperlukan ahli keramik untuk menentukan umur fragmen porselin tersebut.
Kemegahan Candi Tribhuwana Tunggadewi yang dibuat menggunakan bata merah dan batu andesit. Pada masa Majapahit, masyarakat melakukan ritual pemujaan terhadap dewa menghadap ke bangunan suci tersebut. Tempat pemujaan diperkirakan di bagian barat candi. Yaitu di struktur yang diduga berupa mandapa.
Candi Tribhuwana Tunggadewi seluas 14x14 meter persegi. Arkeolog BPCB Jatim Pahadi berpendapat, candi ini belum selesai dibangun. Karena tidak ada satu pun batu pada dinding candi yang dipahat halus. Selain itu, tidak ditemukan fragmen batu berukir di sekitarnya.
Candi di Situs Bhre Kahuripan dibangun pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk 1350-1389 masehi. Teori ini merujuk pada angka tahun yang diukir pada salah satu sisi batu yoni candi. Yoni menjadi satu-satunya bagian candi yang dipastikan selesai dibuat dan diresmikan tahun 1294 saka atau 1372 masehi. Batu berdimensi 191x184x121 cm ini sebagai perwujudan Dewi Parwati.