Afghanistan - Penguasa Afghanistan sekarang yaitu Taliban berfokus untuk membasmi momok kecanduan narkotika. Beragam cara dilakukan meski dengan kekerasan.
Foto
Langkah Taliban Basmi Jerat Narkoba di Afghanistan

Penguasa Afghanistan sekarang yaitu Taliban telah mengarahkan pandangan mereka untuk membasmi momok kecanduan narkotika di negara tersebut. Â
Saat malam tiba, para pejuang Taliban yang kini berperan sebagai polisi Afghanistan menjelajahi 'dunia bawah' ibu kota Kabul yang dilanda narkoba. Â
Di bawah jembatan kota Kabul, ratusan tunawisma berkumpul untuk mengonsumsi obat-obatan, sebagian besar heroin dan metamfetamin. Â
Ratusan tunawisma yang kecanduan tersebut ditangkap, dipukuli, dan dibawa secara paksa oleh Taliban ke pusat perawatan. Â
Pada tengah malam, mereka dibawa ke Rumah Sakit Medis Avicenna untuk Perawatan Obat, di pinggir Kabul. Dulunya merupakan pangkalan militer, Camp Phoenix, yang didirikan oleh tentara AS pada tahun 2003, diubah menjadi pusat perawatan narkoba pada tahun 2016. Â
Para pria ditelanjangi dan dimandikan. Kepala mereka dicukur. Di sini, program perawatan selama 45 hari dimulai, kata Dr. Wahedullah Koshan, kepala psikiater. Â
Adegan tersebut memberikan jendela ke dalam tatanan baru di bawah pemerintahan Taliban: Orang-orang yang menurut dokter banyak dengan penyakit mental, bersandar di dinding dengan tangan terikat.
Mereka disuruh sadar atau menghadapi kekerasan yang dilakukan Taliban. Metode berat ini disambut petugas kesehatan yang tidak punya pilihan selain beradaptasi dengan kediktatoran Taliban.
Sejak Taliban berkuasa pada Agustus lalu, Kementerian Kesehatan Taliban mengeluarkan perintah untuk fasilitas kesehatan secara ketat mengontrol masalah kecanduan narkoba.
Para pecandu ini adalah penyair, tentara, pedagang, petani, yang memiliki masa lalu penuh dengan gejolak perang, invasi, dan kelaparan di Afghanistan.
Tua atau muda, miskin atau pernah kaya, Taliban memandang pecandu yang sama: sebuah noda yang ada di masyarakat.
Penggunaan narkoba bertentangan dengan interpretasi mereka terhadap doktrin Islam.
Ladang opium Afghanistan yang luas adalah sumber dari mayoritas heroin dunia, dan negara itu telah muncul sebagai produsen shabu yang signifikan. Hal itu yang mmemicu kecanduan besar-besaran di seluruh negeri.
Tetapi perang Taliban terhadap narkoba menjadi rumit karena negara itu menghadapi prospek keruntuhan ekonomi dan bencana kemanusiaan yang akan segera terjadi.
Sanksi dan kurangnya pengakuan telah membuat Afghanistan, yang telah lama menjadi negara yang bergantung pada bantuan, tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan dukungan keuangan dari organisasi internasional yang menyumbang 75% dari pengeluaran negara.
Perdagangan opium ilegal terkait dengan ekonomi Afghanistan dan gejolaknya. Petani opium adalah bagian dari konstituen pedesaan yang penting bagi Taliban, dan sebagian besar bergantung pada panen untuk memenuhi kebutuhan.
Selama tahun-tahun pemberontakan, Taliban mendapat untung dari perdagangan dengan mengenakan pajak kepada para pedagang, sebuah praktik yang diterapkan pada berbagai industri di daerah-daerah di bawah kendali mereka.
Penangkapan pecandu oleh polisi memang terjadi selama pemerintahan sebelumnya. Tapi Taliban lebih kuat dan ditakuti.