Mojokerto - Tim ekskavasi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim melakukan ekskavasi istana Majapahit di Mojokerto. Begini bentuk bangunan setelah 4 tahap ekskavasi.
Foto
Wajah Istana Majapahit di Mojokerto Setelah 4 Tahap Ekskavasi

Tim ekskavasi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim berhasil menemukan struktur purbakala berupa sisa-sisa fondasi berbahan bata merah kuno dan bebatuan atau bolder. Hasil penelitian arkeolog BPCB Jatim, bangunan tersebut bekas istana paman dan bibi Raja Majapahit Hayam Wuruk. Yaitu Kudamerta atau Bhre Wengker dan Dyah Wiyat atau Bhre Daha. Struktur istana seluas 26x20 meter persegi ini ditemukan tepat di sebelah barat makam Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto pada ekskavasi tahun 2020. Istana ini juga diyakini berfungsi untuk tempat pendarman leluhur Bhre Wengker, Mahesa Cempaka, raja bawahan Singosari.
Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho berpendapat ada dua istana yang dibangun pada masa pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi 1328-1350 masehi. Yaitu istana timur yang ditempati pasangan suami istri Bhre Wengker dan Bhre Daha, serta istana barat yang ditempati Tribhuwana Tunggadewi dan diwariskan kepada putranya, Hayam Wuruk. Pembagian kekuasaan itu untuk mencegah pertikaian antara Tribhuwana dengan adiknya, Bhre Wengker. Karena mereka sama-sama putri dari pendiri Majapahit, Raden Wijaya dengan Dyah Gayatri atau Rajapatni. Sampai saat ini istana barat Majapahit belum ditemukan.
Istana Bhre Wengker dan Bhre Dhaha di Situs Kumitir dikelilingi dinding besar berbentuk persegi panjang dengan ukuran 316x203 meter. Oleh sebab itu luas Situs Kumitir mencapai 6,4 hektare.
Salah satu dinding keliling istana ditemukan di sebelah timur istana pada ekskavasi tahun 2019. Tembok timur yang berhasil disingkat Tim ekskavasi mebentang dari utara ke selatan sepanjang 197 meter dengan ketebalan 140 cm dan tinggi 120 cm. Pada sudut timur laut bangunan ini nampak ada dinding yang masih berlanjut ke arah barat.
Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho berpendapat, istana Bhre Wengker dan Bhre Daha menghadap ke barat. Ekskavasi tahap 4 pada 6-30 September berhasil menemukan dinding barat yang merupakan benteng dan gerbang istana. Bagian tengah dinding barat adalah gerbang.
Struktur gerbang yang sudah nampak diapit 2 pilar besar pada sisi utara dan selatan. Jarak antar pilar yang diperkirakan sebagai pipi tangga itu mencapai 12 meter. Masing-masing pilar tersusun dari bata merah kuno, sepanjang 177 cm, lebar 177 cm dan tinggi yang sudah nampak 65 cm. Di antara pipi tangga tersebut terdapat bangunan tangga yang juga dari susunan bata merah kuno. Struktur tangga yang sudah nampak lebarnya mencapai 12 meter, panjangnya dari barat ke timur sekitar 6 meter.
Ketinggian tangga yang berundak menuju ke pintu gerbang sekitar 2,5 meter. Sisa-sisa bangunan gerbang istana Paman Hayam Wuruk itu menyambung dengan dinding yang membentang ke arah utara dan selatan. Ketebalan tembok tersebut mencapai 199 cm. Bagian paling tinggi yang ditemukan mencapai 295 cm. Dinding sisi barat ini lebih tebal dibandingkan sisi timur Situs Kumitir yang hanya 140 cm.
Sudut barat laut dinding keliling istana Bhre Wengker dan Bhre Daha yang ditemukan pada ekskavasi tahap 4 berukuran lebih besar. Struktur dari bata merah kuno ini merupakan bastion atau sudut benteng istana. Bastion bersambung dengan tembok benteng setebal 199 cm yang mengarah ke selatan menuju gerbang istana.
Struktur benteng istana Paman Hayam Wuruk yang sudah tidak utuh lagi. Sebagain besar sudah runtuh. Bangunan ini berlanjut ke arah selatan menuju gerbang istana.
Penampakan benteng sebelah selatan dari gerbang istana Bhre Wengker dan Bhre Daha. Kondisi bangunan kuno ini juga tidak utuh.
Tim ekaskavasi dari BPCB Jatim terus menggali sisa-sisa bangunan bekas benteng barat istana Bhre Wengker dan Bhre Daha.
Sebagian pekerja membersihkan bata penyusun secara manual agar tidak merusak bangunan.